Komparatif.ID, Banda Aceh— Nilai tukar 1 USD ke Rupiah tiba-tiba anjlok hingga Rp8.170,65 pada Sabtu (1/2/2025) sore.
Perbincangan soal kurs dollar hari ini langsung menjadi viral di media sosial X. Kata kunci seperti “error”, “1 USD”, dan “rupiah” menduduki puncak trending topic sejak pukul 17.45 WIB hingga malam hari.
Banyak warganet mempertanyakan keakuratan nilai tukar dollar ke rupiah tersebut, mengingat sehari sebelumnya kurs dollar masih berada di kisaran Rp16.312 per dollar AS berdasarkan data JISDOR BI per 31 Januari 2025.
Di berbagai sumber resmi lainnya, kurs dollar ke rupiah hari ini tidak menunjukkan perubahan drastis.
Reuters mencatat last trade 1 Februari 2025 di angka Rp16.271,15 per dollar AS, sementara Bank BCA melaporkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di posisi Rp16.295 untuk kurs beli dan Rp16.325 untuk kurs jual.
Baca juga: Di Australia Gaji Tinggi, Pajak Juga Tinggi
Namun, layanan Google Finance justru menampilkan data mengejutkan yang menunjukkan dollar turun hingga 50,04 persen terhadap rupiah. Tak hanya terhadap dollar, rupiah juga terlihat sangat perkasa terhadap euro yang tercatat di level Rp 8.348, turun 50,68 persen dari nilai sebelumnya.
Menanggapi kehebohan ini, Bank Indonesia (BI) segera memberikan klarifikasi. Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, memastikan kurs rupiah terhadap dollar yang muncul di Google adalah kesalahan sistem.
Berdasarkan data yang ia miliki nilai tukar 1 USD ke Rupiahh hari ini berada di kisaran Rp 16.294 hingga Rp 16.333. Destry menegaskan BI sudah melaporkan masalah ini ke tim Google untuk dilakukan perbaikan.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, juga mengonfirmasi angka 8.100-an yang tertera di Google bukan nilai tukar yang sebenarnya. Berdasarkan data resmi BI, kurs dollar AS terhadap rupiah pada 31 Januari 2025 berada di level Rp 16.312.
“Data Bank Indonesia mencatat kurs Rp 16.312 per dollar AS pada tanggal 31 Januari 2025,” katanya mengutip kompas.com, Sabtu (1/2/2025).
Ia menambahkan BI sedang berkoordinasi dengan Google Indonesia untuk segera mengoreksi kesalahan ini agar tidak menimbulkan kebingungan di masyarakat.
