Kota Xi’an, Cina Pedalaman yang Maju & Harmoni Dengan Islam

Laporan Pertama dari Tiga Tulisan

Arief Jamaluddin di salah satu sudut Moslem Street di Kota Xi'an, Provinsi Shaanxi. Foto: Dok. Arief.

Kota Xi’an, ibukota Provinsi Shaanxi, Cina Daratan, telah ribuan tahun menerima Islam sebagai identitasnya. Kota ini memadukan konsep tradisional Tiongkok, modernitas pembangunan, dan budaya yang harmoni dengan Islam yang dianut oleh 70 ribu jiwa penduduk. Di seluruh Shaanxi, jumlah masjid mencapai 150. Masjid tertua yaitu Masjid Jamik Kota Xi’an yang dikenal dengan sebutan Great Mosque.

Kunjungan saya ke Rakyat Cina, berlangsung dari 30 Oktober hingga 7 November 2023. Saat saya menapak negeri Tirai Bambu tersebut, musim dingin hampir berakhir. Bukan hanya saya yang berasal dari Asia Tenggara, penduduk tempatan pun memakai jaket tebal. Termasuk etnis Hui yang seluruhnya beragama Islam. Mereka diketahui sebagai muslim dari peci bagi laki-laki, dan jilbab yang digunakan oleh perempuan.

Saya berangkat ke Cina Daratan untuk memenuhi dua undangan acara internasional. pertama acara World Youth Development Forum (WYDF) 2023. Pertemuan pemuda internasional tersebut berlangsung 30 Oktober hingga 1 November 2023, di Kota Beijing China.

Baca: Asyiknya Berbisnis dengan Pengusaha Tionghoa

Setelah selesai acara di Beijing, saya terbang ke Kota Xi’an, ibukota Provinsi Shaanxi, yang terkurung di tengah daratan mahaluas negeri Cina. Di Xi’an saya mengikuti acara Action Plan for Global Youth Development (APGYD) yang berlangsung dari tanggal 2-7 November 2023.

Jauh-jauh terbang ke luar negeri, tak mungkin saya sia-siakan hanya dengan dari ballroom ke kamar, atau sebaliknya.

Ada hubungan sejarah antara Kota Xi’an dengan Aceh. Panglima Cheng Ho di era Dinasti Ming, bertandang ke Samudra Pase. Cheng Ho membawa sebuah lonceng besar yang kemudian diberi nama Cakra Donya. Dalam perjalanan sejarah, setelah kemunduran Kesultanan Islam Samudra Pasaia (Dinasti Shalihiyyah), lonceng tersebut dibawa ke pusat Kesultanan Islam Aceh Darussalam. Bukti fisik lonceng besar itu masih dapat kita lihat, digantung di sebuah bangun kecil di dekat pintu gerbang Museum Aceh, Banda Aceh.

Xi’an merupakan kota yang menarik. Sebagai sebuah kota besar, Xi’an tidak kehilangan ciri khasnya sebagai wilayah Tiongkok Daratan.

Kota Xi'an
Arief Jamaluddin (kanan) berfoto bersama koleganya dengan latar belakang miniatur Gerbang Utara City Wall di Kota Xi’an. Foto: Dok. Arief.

Sebagai salah satu kota tertua di Tiongkok Daratan, Xi’an dan juga Shaanxi secara umum, tidaklah tertinggal seperti lazimnya kota-kota tua di Indonesia. Xi’an justru bertumbuh menjadi salah satu pusat ekonomi wilayah pedalaman Cina. Ibukota Provinsi Shaanxi menjadi pusat pendidikan, budaya, dan industri di wilayah tengah dan barat laut. Di sini juga menjadi tempat dengan berbagai fasilitas pengembangan dan penelitian untuk ilmu pengetahuan, militer dan program antariksa Tiongkok.

Baca:Yap Thiam Hien, Pendekar Hukum yang Membela Pembenci Tionghoa

Panitia mengajak saya dan peserta acara Action Plan for Global Youth Development, berkeliling; meninjau City Wall, yang merupakan benteng bersejarah yang mengelilingi Kota Xian sebagai pelindung dari serangan luar di masa lalu. Tembok itu sangat luas. Tembok tersebut merupakan salah satu yang tertua di Cina, dibangun di masa Kaisar Hongwu Zhu Yuangzhang. Didirikan untuk kepentingan militer. City Wall dibangun pada abad ke-14, dengan panjangan 14 kilometer persegi.

Ketika melihat City Wall tersebut saya teringat tembok yang melingkupi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta.

Kota Xi’an, Surga Kuliner Halal di Tiongkok Tengah

Secara personal, saya juga berkunjung ke Moslem Street dan Masjid Jamik Kota Xian. Di masjid tersebut, saya dan teman-teman muslim lainnya melaksanakan Salat Asar.

Masjid Jamik Xi’an atau dikenal dengan Great Mosque, merupakan masjid tertua di sana. Dibangun pada tahun 742 Masehi. Bila dibandingkan dengan Masjid Raya Baiturahman yang dibangun pada tahun 1612 Masehi, di masa Sultan Iskandar Muda, usia Masjid Besar Xi’an jauh lebih tua.

Masjid ini berada di jalanan sempit di kawasan Moslem Street.Arsitekturnya seluruhnya bergaya Tiongkok. Ini tentu menarik, kehadiran Islam di sana, tidak mengubah identitas Tiongkok.

Great Mosque atau Masjid Jamik Kota Xi’an merupakan rumah ibadah umat Islam dengan arsitektur Tiongkok. Tak sedikitpun terlihat aura Timur Tengah di bangunan itu. Foto: Dok. Arief.

Di Kota Xi’an tentu kita tidak akan kesulitan mendapatkan makanan halal. Apalagi kalau sudah melipir ke Moslem Street. Sejauh mata memandang, yang terlihat pusat jajanan halal. Mulai dari sate kambing, roujiamo (chinese burger) yang menjadi favorit pengunjung, serta ragam makanan lainnya yang tentunya menggugah selera.

Dari perbincangan saya dengan pejabat Kota Xi’an, Provinsi Shaanxi, mereka telah menjalin kerja sama dalam konsep sister city dengan berbagai kota di banyak negara. mereka tertarik konsep yang sama dilakukan di kota-kota di Indonesia. Peluang ini tentu sangat menarik. Karena bukan sebatas teken lembaran komitmen, diliput media, kemudian selesai. Tapi benar-benar dapat ditindaklanjuti dengan rencana pembangunan antar kedua kota, termasuk tranfer knowledge. Saya kira, bila Pemerintah Kota Banda Aceh dapat melihat ini sebagai kesempatan memacu pembangunan, mereka tidak akan menyia-nyiakannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here