Keadilan untuk Imam Masykur

Imam Masykur
Imam Masykur. Foto: HO for Komparatif.id.

Imam Masykur telah pergi untuk selamanya. Tangisannya meminta bantu supaya segera dikirimkan uang, merupakan suara terakhir yang didengar sang bunda pada Sabtu (12/8/2023) malam. Setelah itu sang putra hilang tak diketahui rimbanya. Tangis menyayat itu terngiang-ngiang di telinga. Seorang pemuda kurus berusia 25 tahun, meraung-raung karena tak tahan disiksa oleh para pelaku yang dilatih oleh negara untuk melindungi segenap tumpah darah tanah air; Indonesia tercinta.

Kematiannya sangat tragis. Pantas disebut sebagai tragedi. Sebuah siksaan berjam-jam lamanya harus ia tanggung karena satu tujuan para penculiknya; uang! Ya, uanglah yang menjadi motif utama mengapa oknum prajurit negara tega menganiaya sipil kurus dan lemah itu.

Tragedi Imam Masykur membuka tabir yang selama ini tertutup tirai. Mengalir banyak kisah tentang penculikan, penganiayaan, dan pemerasan. Serta kisah-kisah para pria Aceh yang tak kunjung pulang setelah merantau ke Tanah Jawa. Mereka yang hilang tak tentu rimba. Kini diduga bahwa mereka yang hilang itu, bernasib seperti Imam Masykur. Diculik, disiksa, dan kemudian mati. Jasadnyua di buang ke suatu tempat yang akhirnya membusuk sebagai jasad tidak dikenal.

Baca: Imam Masykur: Dek Kirem Peng 50 Juta Peugah Bak Mak, Abang ka Jipoh Nyoe

Berapa yang telah menjadi korban? Sampai sekarang tidak ada angka pasti. Karena di dunia gelap bisnis penjualan obat-obat keras tak berizin, setiap kekerasan tak dilaporkan. Para korban takut; lebih tepatnya tak percaya kepada hukum. Bahkan ditakut-takuti bahwa hukum tidak akan berpihak kepada mereka.

Pada akhir Juli 2023, seorang warga Aceh berinisial MJ, dikabarkan meninggal dunia setelah dikeroyok oleh beberapa orang di kediaman Ketua Umum salah satu organisasi yang berbasis orang Aceh di Jalan Matahari, Sudimara Pinang, Kota Tangerang, Banten. Menurut keterangan istri korban—Maidar—para pelaku merupakan relawan organisasi tersebut. Demikian diwartakan oleh media online Mediusnews.com, Selasa (22/8/2023).

Mainar telah membuat laporan ke Polres Metro Tangerang Kota. Dari sekian pelaku, hanya satu yang ditangkap. Selebihnya masih berkeliaran di luar. Hal lebih aneh lagi, rekontruksi yang dilakukan oleh polisi tidak di tempat kejadian. Tapi rekontruksi dilakukan di Mapolres Metro Tangerang Kota. Saksi-saksi yang dihadirkan pun tidak lengkap. Bahkan satu unit mobil milik almarhum tak kunjung dikembalikan kepada keluarga.

Merasa tidak mendapatkan keadilan, Maidar pun memohon kepada Presiden Jokowi untuk memberikannya keadilan.

Apa yang dialami oleh almarhum MJ dan derita Maidar merupakan salah satu contoh betapa hukum sudah begitu tidak adil. Ada kekuatan tak tersentuh yang memberikan perlindungan kepada para pelaku kekerasan di balik dunia gelap bisnis hitam narkotika.

Kasus Imam Masykur termasuk fenomenal. Berhasil menjadi perhatian Nasional sejak pertama kali diwartakan oleh media pada Sabtu (26/8/2023) malam. Berbekal potongan video dan sejumlah dokumen, serta kabar pemulangan jenazah Imam Masykur, mendorong wartawan menulis laporan pertama. Sebuah reportase singkat berdasar bukti-bukti awal. Paginya, kabar tersebut menguncang mayapada Indonesia.

Solidaritas pun lahir, mengalir deras seperti air bah. Pihak di Jakarta kalang kabut. Bahkan ada yang mencoba mendesak media menurunkan berita yang telah tayang. Tapi “imbauan” itu diabaikan. Kebenaran harus disampaikan. Peristiwa keji tersebut wajib diwartakan.

Imam Masykur menjadi seperti “martir” dalam kisah-kisah kepahlawanan. Tragedi yang menimpanya menjadi titik balik bahwa ada dunia gelap yang terus-menerus mendapatkan perlindungan. Ada dunia gelap yang menyimpan banyak misteri kematian berdarah. Ada dunia gelap yang sangat liar di dalam tapi menutup diri dengan cover Robin Hood.

Kini, semua orang menuntut supaya Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengambil tindakan setegas-tegasnya terhadap pelaku. Menghukum sekeras-kerasnya para oknum yang telah bertindak zalim atas rakyat sipil yang diduga melakukan kesalahan; menjual obat-obat keras tanpa izin.

Mereka yang menjadi pelaku, seharusnya tidak bertindak demikian. Mereka dilatih dan digaji oleh negara, untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Tapi bila sudah liar seperti serdadu penjajah, mereka wajib diberikan hukuman setimpal.

Bola api kasus tewasnya Imam Masykur kini berada di tangan Panglima TNI. Dapatkah sang Perwira menghadirkan keadilan yang paripurna untuk Imam Masykur dan keluarganya?

Kasus ini bukan tentang Imam yang diduga menjual obat keras secara ilegal. Tapi tentang perilaku buruk oknum-oknum aparat negara yang memanfaatkan celah untuk merampok anak bangsa, dengan memanfaatkan titik lemahnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here