Komparatif.ID, Banda Aceh—Jumlah pengungsi Rohingya di Aceh mencapai 1.685 orang. Mereka tersebar di delapan titik di beberapa daerah di Aceh. Dengan jumlah sebanyak itu, pengungsi membutuhkan tempat lebih representatif.
Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki, Senin (11/12/2023) menyebutkan mengapa Rohingya mengapa mudah sekali masuk ke Aceh, karena panjangnya garis pantai Aceh. Pengungsi Rohingya bisa masuk dari titik manapun. Panjang garis pantai Aceh garis pantai 2.666,27 kilometer.
Achmad Marzuki menerangkan dengan jumlah pengungsi Rohingya di Aceh yang telah mencapai ribuan, pemerintah harus menyiapkan tempat penampungan yang memiliki fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah ibadah, dan lain-lain.
Penyiapan fasilitas tersebut telah diatur di dalam Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri. Di dalam Perpres 125 Tahun 2016 diatur tentang kewajiban pemerintah daerah termasuk kabupaten/kota.
Baca: Dana Pokir DPRD Tidak Menyalahi Aturan
Kewajiban pemerintah daerah yang dimaksud oleh Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki terdapat dalam Bab III: Penampungan, Pasal 24 ayat (1): Rumah Detensi Imigrasi berkoordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota setempat untuk membawa dan menempatkan pengungsi dari tempat ditemukan ke tempat penampungan.
Ayat (2): dalam hal penampungan belum tersedia, pengungsi dapat ditempatkan di tempat akomodasi sementara. Ayat (3): tempat akomodasi sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh bupati/walikota.
“Tugas pemerintah daerah termasuk kabupaten/kota menyiapkan fasilitas penampungan sementara. Selanjutnya lembaga internasional akan membantu untuk kebutuhan lainnya,” terang Achmad Marzuki, sembari melanjutkan bahwa malam ini pihaknya melakukan rapat dengan kepala daerah dan lembaga internasional.
Baca: Sejumlah Warga Seulawah Tolak Penempatan Rohingya di Scout Camp
Perihal semakin banyak warga yang menolak kehadiran pelarian dari Cox Bazar, Bangladesh, ia mengatakan penolakan tersebut dapat dimaklumi, dengan jumlah pengungsi Rohingya di Aceh yang semakin banyak, serta mereka bersandar dalam jumlah mencapai ratusan di tiap titik, membuat warga kewalahan.
Para pengungsi itu bersandar di kebun-kebun warga, atau di area terbuka. Selain membutuhkan makanan, dengan jumlah pengungsi Rohingya di Aceh begitu banyak, mereka tentu juga menggunakan fasilitas lain. Hal ini menimbulkan ketidaknyamanan warga tempatan.
“Pemerintah memahami itu. Saat ini kami sedang mencari jalan keluar. Hal paling penting bahwa kita harus menolong pengungsi karena ini soal kemanusiaan. Kami sedang mempersiapkan berbagai kebutuhan, termasuk limit waktu berapa lama menggeser pengungsi dari titik pendaratan ke tempat penampungan,” sebutnya.
Achmad Marzuki memaklumi ketidaknyamanan warga Aceh. Maklum saja, Jumlah pengungsi Rohingya di Aceh semakin banyak sejak 2015. Berduyun-duyun mereka menuju Aceh. Akhirnya timbullah penolakan karena ketidaknyamanan.
Secara kebudayaan, Aceh menerapkan budaya yang menjunjung tinggi semangat kemanusiaan. Termasuk dalam memberikan bantuan kepada pengungsi yang datang dari laut. “Kearifan lokal Aceh melarang menolak memberikan bantuan. Apalagi saat di tengah laut. Saat ini yang menjadi masalah tentu ketika sudah di darat,” katanya.
Ia berkomitmen akan secepatnya menangani masalah gelombang pengungsi yang tak henti mendarat di Aceh dalam dua bulan terakhir.