Hingga Oktober 2023, Kinerja Jasa Keuangan Aceh Positif

Kepala OJK Aceh Yusri. Foto: Komparatif.ID/Fuad Saputra.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aceh merilis data kinerja jasa keuangan hingga Oktober 2023. Hasilnya, jasa keuangan Aceh mengalami pertumbuhan positif dengan likuiditas yang memadai, risiko yang terjaga, dan penurunan tingkat pengaduan konsumen.

Menurut data OJK Aceh, kinerja sektor jasa keuangan tersebut memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Aceh. Inflasi pada Oktober 2023 tercatat sebesar 1,65 persen year on year (yoy), menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 1,83 persen (yoy).

Hingga September 2023, jumlah entitas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan BPR/BPRS di Aceh mencapai 27 entitas dengan lebih dari 400 jaringan kantor. Sementara itu, total jumlah ATM Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah sudah mencapai 1.155 unit, dan rencananya akan bertambah 400 ATM sebelum Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh diselenggarakan.

Kinerja intermediasi Bank Umum (BU) di Aceh menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan. Pada Oktober 2023, pembiayaan tumbuh sebesar 12,38 persen (yoy) menjadi Rp37,75 triliun. Meskipun terjadi penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, pertumbuhan ini masih lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya mencapai 8,99 persen.

“Kinerja intermediasi Bank Umum di Aceh terus tumbuh, pada Oktober 2023 pembiayaan tumbuh 12,38 persen yoy menjadi Rp37,75 triliun dan tumbuh 0,74 persen yoy dari bulan September 2023 sebesar Rp37,48 triliun,” ujar Kepala OJK Aceh Yusri, Selasa (29/11/2023).

Sementara itu, Financing to Deposit Ratio (FDR) BU pada Oktober 2023 tercatat sebesar 91,46 persen, menurun sedikit dari bulan sebelumnya. Meski demikian, FDR ini masih lebih tinggi daripada rata-rata nasional karena didorong peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 3,54 persen.

Rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) BU juga menunjukkan tren positif di angka 1,78 persen, lebih rendah dari rasio nasional yang mencapai 2,42 persen. Begitu juga dengan rasio risiko atas kredit (Loan at Risk/LaR) BU yang menunjukkan penurunan menjadi 6,23 persen pada Oktober 2023.

Baca juga: OJK Aceh Fasilitasi Pembukaan 1.000 Rekening Santri

Sejalan dengan peningkatan pembiayaan produktif, pembiayaan sektor konsumtif di Aceh mengalami penurunan. Pembiayaan untuk modal kerja mencapai 17,81 persen, sementara pembiayaan investasi mencapai 14,26 persen. Pembiayaan konsumsi turun menjadi 67,93 persen, sedangkan pembiayaan untuk UMKM meningkat menjadi 28,06 persen.

Kemampuan menghasilkan laba bank umum di Aceh tetap positif dengan rasio Return on Assets (ROA) sebesar 2,76 persen. Kondisi likuiditas yang kuat tercermin dari tingginya rasio Current Account to Saving Account (tabungan & giro) sebesar 75,88 persen.

Laporan kinerja sektor jasa keuangan Aceh. Foto: OJK Aceh.
Laporan kinerja sektor jasa keuangan Aceh. Foto: OJK Aceh.
Kinerja Jasa Keuangan BPR/S Juga Positif

Selain itu, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPRS di Aceh juga mencatat kinerja yang memuaskan. Pembiayaan di sektor ini tumbuh 18,76 persen (yoy) pada Oktober 2023, didorong oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga sebesar 4,64 persen.

Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) BPR/BPRS mencapai 126,49 persen, menunjukkan optimalisasi pemanfaatan dana. Rasio Non Performing Financing (NPF) BPR/BPRS juga tetap rendah, yaitu sebesar 8,28 persen, berada di bawah rasio nasional yang mencapai 9,97 persen.

Pemberdayaan UMKM tetap menjadi fokus, dengan 78,35 persen pembiayaan BPR/BPRS dialokasikan untuk sektor ini. Sektor perdagangan besar dan eceran tetap menjadi sektor dominan dalam penyaluran pembiayaan, mencapai 32,70 persen.

Perkembangan positif ini juga tercermin dalam kerjasama beberapa BPRS dengan perusahaan fintech peer to peer lending syariah, serta pembiayaan sindikasi antar BPRS. Langkah ini diharapkan dapat mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan pembiayaan modal kerja di Aceh.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here