Komparatif.ID, Jakarta—Harga beras mahal karena orang Eropa mulai makan nasi. Perihal mengapa orang Eropa makan nasi, bersebab efek dari perang Ukraina-Rusia.
Saat ini beras merupakan pangan yang semakin diperebutkan dunia. Harga beras terus meningkat karena tingginya permintaan. Di sisi lain, India yang memasok 40 persen beras dunia, melakukan pembatasan ekspor.
Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita, Kamis (29/2/2024) dalam keterangan via rekaman yang diterima media, menyebutkan negara-negara Eropa mulai membeli beras karena peningkatan permintaan.
Baca: Stok Beras di Aceh Cukup Hingga April 2024
Komditas beras semakin diperebutkan, sehingga harga beras naik. Pernyataan Febby berdasarkan hasil laporan tim yang dikirim ke Eropa untuk melakukan penelitian.
Penduduk Eropa yang awalnya makan gandum, kini beralih ke beras.
Menurut dia peralihan makanan pokok masyarakat eropa dari gandum ke beras ini sebagai dampak perang Rusia-Ukraina. “Perang tersebut menyebabkan terhambatnya pasokan gandum dunia yang berasal dari Ukraina sebagai negara produsen terbesar,” kata dia.
Di sisi lain, faktor El Nino yang berdampak pada produksi juga ikut mempengaruhi harga beras. Termasuk pembatasan ekspor beras oleh India yang diketahui sebagai penyuplai 40 persen pangan dunia.
Harga Beras Mulai Normal
Pemerintah melalui Perum BULOG mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir kenaikan harga beras. Juga tidak perlu gundah tentang stok beras. Saat ini harga beras berangsung-angsur turun dan stabil. Penyebabnya karena pasokan beras di Pasar Induk Johar Karawang mulai masuk. Jawa Tengah telah memulai panen raya.
Harga beras premium yang sempat naik Rp17 ribu per kilogram, kini kembali ke Rp14 ribu per kilo. Demikian juga beras medium berangsung-angsur stabil harganya.
Dalam keterangannya, Kamis (29/2/2024) Direktur Utama Perum BULOG Bayu Krisnamurthi menerangkan harga beras kadang naik lantas normal kembali, sudah menjadi siklus tahunan.
Kondisi yang sama juga terjadi pertengahan tahun lalu. Hanya saja tahun ini memang panen agak mundur karena faktor alam. Badai El Nino yang menerpa, menjadikan produksi berkurang. El Nino menyebabkan gagal panen di sejumlah daerah di Indonesia.
Bayu menjelaskan, pasokan beras mendekati normal menjelang Ramadhan dan Idulfitri 1445 Hijriah.
Kebutuhan beras Indonesia pada 2024 mencapai 31,2 juta ton. Ini berdasarkan prognosa neraca pangan nasional periode Januari hingga Desember 2024 yang telah disusun oleh Badan Pangan Nasional.
Kebutuhan beras hingga Juni sudah terpenuhi. Untuk enam bulan ke depan menurut Bayu stok sudah aman. “Kebutuhan setiap tahun memang kita lakukan per enam bulan,” kata Bayu.