Hamas Dorong Tahap Kedua Perundingan Gencatan Genjata Gaza

genjatan senjata hamas
Seorang perempuan Palestina melintas di Gaza setelah berlangsungnya genjatan senjata. Foto: AFP.

Komparatif.ID, Tepi Barat—Pemimpin Hamas (Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah) pada Minggu (9/3/2025) mendesak kembali perundingan tahap kedua terkait genjatan senjata di Gaza. Desakan tersebut dilakukan karena Pemerintah Zionis Israel telah mengumumkan akan mengirimkan delegasi ke Doha untuk perundingan lanjutan.

Dalam siaran persnya, Juru Bicara Hamas Abdel Latif Al-Qanoua menegaskan pada akhir pekan perwakilan kelompok militan Palestina telah bertemu dengan para mediator di Kairo. Mereka membicarakan perlunya bantuan kemanusiaan masuk kembali ke wilayah di Palestina yang dikepung tanpa syarat.

Baca: PM Qatar: Israel-Hamas Sepakat Genjatan Senjata di Gaza

Untuk delegasi tingkat tinggi, perlu juga melakukan bergerak secara langsung, memulai perundingan tahap kedua, dengan harapan lahirnya genjatan senjata yang lebih permanen.

Hamas juga menuntut supaya penarikan pasukan Israel dilakukan secara penuh, guna mengakhiri pendudukan Gaza, penghentian blokade, rekonstruksi wilayah dan dukungan keuangan.

Di sisi Israel, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan akan mengirim delegasi ke Doha pada hari Senin (10/3/2025).

Israel telah menegaskan bahwa mereka menginginkan perpanjangan fase pertama gencatan senjata hingga pertengahan April.

Periode awal genjatan senjata telah berakhir pada tanggal 1 Maret. Genjatan senjata tersebut menghadirkan suasana relatif tenang, yang mencakup pertukaran 25 sandera hidup dan delapan jenazah untuk pembebasan sekitar 1.800 tahanan Palestina yang ditahan di Israel.

Gencatan senjata tersebut sebagian besar menghentikan pertempuran selama lebih dari 15 bulan di Gaza, tempat hampir seluruh penduduk mengungsi akibat serangan militer Israel yang gencar sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023.

Gencatan senjata tersebut juga memungkinkan aliran makanan penting, tempat tinggal, dan bantuan medis ke Gaza.

Serangan militer dan blokade wilayah di Gaza, membuat penduduk menderita lahir batin. Janda Palestina yang mengungsi, Haneen Al-Dura, mengatakan bahwa dia dan anak-anaknya menghabiskan satu setengah bulan hidup di jalanan. Ia harus hidup di antara anjing dan tikus, sebelum menerima tenda.

“Sebagai pencari nafkah keluarga, itu sangat menyedihkan dan saya tidak bisa tidur sama sekali di malam hari,” katanya.

Minggu lalu, Presiden AS Donald Trump mengancam Hamas, bila mereka masih menahan sebagaian sandera, Amerika Serikat akan menghancurkan Gaza lebih lanjut.Trump menyebutkan bila itu merupakan peringatan terakhir kepada pemimpin Hamas.

Trump juga memperingatkan tentang dampak buruk bagi semua warga Gaza, dengan mengatakan kepada mereka: “Masa Depan yang indah menanti, tetapi tidak jika Anda menyandera. Jika Anda melakukannya, Anda MATI!”

Pemimpin Hamas menilai pernyataan Trump sebagai legitimasi bagi Israel untuk mengabaikan ketentuan genjatan senjata.

Pun demikian, Pemerintahan Trump juga telah mengonfirmasi dimulainya pembicaraan langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan Hamas, yang sebelumnya ditolak Washington untuk dihubungi sejak menunjuknya sebagai organisasi teroris pada tahun 1997.

Beberapa pertemuan telah terjadi antara para pemimpin Hamas dan utusan urusan sandera AS Adam Boehler. Dari 251 sandera yang disandera oleh militan Palestina, 58 orang masih berada di Gaza, termasuk lima warga Amerika.

Empat sandera Amerika telah dipastikan tewas, sementara satu orang, Edan Alexander, diyakini masih hidup.

Gedung Putih mengatakan Trump bertemu dengan delapan sandera yang dibebaskan, yang “menyampaikan rasa terima kasih” atas upayanya untuk membawa mereka pulang.

Presiden AS Donald Trump sebelumnya melontarkan rencana yang dikecam luas, yaitu  merelokasi warga Palestina dari Gaza. Ancaman tersebut mendorong para pemimpin Arab untuk menawarkan alternatif.

Usulan para pemimpin Arab yaitu mereka akan melakukan rekonstruksi Gaza yang dibiayai melalui dana perwalian, dengan syarat Otoritas Palestina kembali memerintah wilayah tersebut.

Disadur dari Arab News.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here