Komparatif.id– Provinsi Aceh memiliki keunikan tersendiri ketika Ramadhan yang di Aceh sering disebut buleuen Puasa. Hal-hal unik di Aceh selama Ramadhan, merupakan kekhasan daerah yang dijuluki Serambi Mekkah.
Keunikan ini sangat wajar, karena Aceh dikenal sebagai daerah yang paling fanatik terhadap Islam di Indonesia. Tradisi-tradisi yang lahir seiring dengan syiar Islam terus bertumbuh, menyesuaikan keadaan manusia Aceh. Pun demikian, ada beberapa hal unik di Aceh selama Ramadhan yang telah ada sejak lama dan bertahan hingga saat ini.
Apa saja hal unik tersebut?
1. Makmeugang Puasa dan Uroeraya
Makmeugang adalah tradisi yang diciptakan oleh Sultan Iskandar Muda ketika masih menjadi raja besar di Kerajaan Aceh Darussalam. Satu hari menjelang Ramadhan, atau satu hari jelang Lebaran, orang Aceh akan menyembelih lembu dan kerbau. Dagingnya dijual dan disantap oleh setiap keluarga. Meskipun bukan bagian dari perintah Islam, tapi keberadaan makmeugang sangat sakral di Aceh. Seorang suami yang tidak berhasil membawa daging ke rumahnya pada hari tersebut, akan merasa tidak berharga.
Saking sakralnya makmeugang, banyak calon pengantin baru yang menghindari pernikahan menjelang Ramadhan. Karena secara sosial, linto baro harus mampu membeli daging berkualitas terbaik, sebagai pembuktian bila dirinya pantas menjadi suami.
2.Memasak ie bu (kanji)
Tradisi ini tidak dilakukan di seluruh Aceh. Kawasan Pidie dan Pidie Jaya merupakan daerah yang setiap meunasahnya memasak kanji sejak hari pertama Ramadhan hingga hari ke-30. Kanji tersebut disantap bersama-sama di meunasah ketika berbuka. Perempuan yang tidak ikut berbuka di meunasah, akan datang ke meunasah membawa gayung. Mereka akan mengambil satu gayung per KK. Kanji tersebut juga akan disantap setelah salat Tarawih di meunasah.
3.Makan bersama khatam Quran
Selama Ramadhan minimal harus tiga kali khatam Quran yang dibaca secara sambung ayat oleh warga yang mengaji di meunasah dan masjid. Biasanya pada 10, 20 dan 27 Ramadhan. Digelar acara makan-makan bersama setelah tarawih.
4.Warung makanan tutup setengah hari
Sudah menjadi kesepakatan sosial, warung yang menyediakan makanan siap saji akan tutup selama Ramadhan. Penutupan warung dilakukan sejak imsak hingga pukul 15.00 WIB. Secara umum warung makanan baru melayani jual beli dua jam jelang buka puasa.
5.Warung tutup jelang salat Tarawih
Warung-warung yang buka jelang berbuka puasa, kembali tutup ketika kumandang azan Isya. Bukan hanya warung makanan, tapi semua warung, termasuk penyedia sembako akan tutup dan baru beraktifitas kembali setelah selesai salat Tarawih.
6.Tak ada yang berani makan di siang hari di area terbuka
Meskipun tidak ada larangan khusus, orang-orang Aceh yang waras, meskipun tidak berpuasa karena berbagai alasan, tidak akan makan di depan orang lain di siang bulan Ramadhan. Bahkan anak-anak diwanti-wanti oleh orangtua masing-masing, agar tidak makan di depan orang berpuasa. Termasuk tidak makan di area terbuka seperti di halaman rumah, belakang rumah, dll.
Orang yang kedapatan makan di area terbuka pada siang Ramadhan, akan dianggap tidak bermoral.