Suatu hari, saya bertemu dengan seorang mentor dalam saya berdiskusi yang juga berprofesi sebagai penulis dan ‘guru’ bagi para penulis pemula. Dalam perbincangan kami, ia berkata dengan penuh keyakinan, “Seorang guru harus sehat.” Kalimat itu terdengar sederhana, tetapi semakin saya renungkan, semakin saya menyadari betapa benarnya pernyataan tersebut.
Sebagaimana yang sudah kita sadari bersama, bahwa guru itu bukan hanya penyampai ilmu, tetapi juga teladan bagi siswa. Namun, jika seorang guru tidak dalam kondisi fisik dan mental yang baik alias sehat, bagaimana mereka bisa memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya? Refleksi ini menginspirasi saya untuk menelaah lebih dalam tentang pentingnya kesehatan guru dalam dunia pendidikan.
Adalah fakta bahwa guru merupakan jantungnya dunia pendidikan. Setiap hari, mereka (para guru) berdiri di depan kelas, menyampaikan ilmu, membimbing, dan menginspirasi generasi penerus.
Dalam hal ini. peran mereka tidak hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai pembentuk karakter dan teladan bagi siswa. Namun, seringkali kita lupa –bahkan oleh guru itu sendiri– bahwa guru juga manusia; yang membutuhkan perhatian terhadap kesehatan mereka.
Guru yang sehat, baik secara fisik maupun mental, akan mampu mengajar dengan lebih baik, lebih bersemangat, dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi siswa. Dan kondisi fisik seorang guru sangat memengaruhi kualitas pengajaran di dalam kelas. Menurut penelitian dari World Health Organization (WHO), kesehatan fisik yang optimal meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja seseorang, termasuk dalam profesi pendidikan (WHO, 2021).
Bayangkan jika seorang guru harus mengajar dalam kondisi sakit atau kelelahan. Energi mereka berkurang, fokus menurun, dan interaksi dengan siswa menjadi kurang maksimal. Studi yang dilakukan oleh Ergonomics Society (2020) menunjukkan bahwa guru yang mengalami kelelahan kronis lebih rentan mengalami burnout, yang pada akhirnya dapat menurunkan efektivitas pengajaran.
Sebaliknya, guru yang bugar dan sehat dapat membawa suasana kelas yang hidup, menyampaikan materi dengan jelas, serta lebih sabar dan penuh perhatian terhadap siswanya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh National Institute of Occupational Health (2022), aktivitas fisik yang rutin, seperti olahraga ringan dan pola makan seimbang, dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah berbagai penyakit kronis yang dapat menghambat kinerja guru.
Selain kesehatan fisik, kesehatan mental guru juga memiliki peran yang tidak kalah penting. Stres akibat beban kerja yang tinggi, tuntutan administratif yang berlebihan, serta kurangnya dukungan psikososial dapat menyebabkan guru mengalami kelelahan mental dan emosional (Maslach & Leiter, 2016).
Baca juga: Safrizal: Guru adalah Pilar Utama Bangsa
Dalam studi yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA, 2019), ditemukan bahwa guru yang mengalami tekanan psikologis cenderung kurang responsif terhadap kebutuhan siswa, memiliki tingkat absensi lebih tinggi, serta mengalami kesulitan dalam mengelola kelas.
Dalam penelitian lain, yang dilakukan oleh Jennings & Greenberg (2009), menunjukkan bahwa guru yang memiliki kesejahteraan emosional yang baik lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif, meningkatkan keterlibatan siswa, dan mengurangi perilaku disruptif di kelas.
Karena itu, upaya seperti pemberian waktu istirahat yang cukup, pelatihan manajemen stres, serta dukungan dari sesama guru dan pihak sekolah sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan mental mereka.
Lingkungan Kerja yang Sehat
Saat ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menyadari pentingnya kesejahteraan guru. Dalam beberapa arahan terbarunya, pemerintah mendorong kebijakan yang memberikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi bagi para pendidik.
Pengurangan beban administrasi, fleksibilitas dalam metode mengajar, serta akses terhadap layanan kesehatan dan konseling adalah langkah konkret yang diambil untuk menjaga kesejahteraan guru.
Selain itu, kebijakan ini juga menekankan pentingnya lingkungan kerja yang sehat, di mana guru mendapatkan dukungan yang cukup baik dari pihak sekolah maupun sesama rekan kerja. Dengan demikian, mereka bisa menjalankan tugasnya dengan lebih nyaman dan bahagia.
Sejalan dengan hal ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) juga meluncurkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang bertujuan untuk menanamkan kebiasaan positif sejak dini. Tujuh kebiasaan utama dalam gerakan ini —bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat.
Arahan ini tidak hanya ditujukan kepada siswa tetapi juga dapat menjadi pedoman bagi guru. Dengan mengadopsi kebiasaan sehat ini, maka guru dapat menjadi teladan bagi anak-anak dalam menerapkan pola hidup yang lebih baik.
Cara Guru Menjaga Kesehatan
Nah, agar tetap bugar, guru bisa mulai dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti menjaga pola makan, berolahraga secara rutin, dan cukup istirahat. Sekolah sebagai satuan pendidikan, juga bisa mendukung dengan menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai, ruang istirahat yang nyaman, serta jadwal kerja yang tidak terlalu membebani.
Dan sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan tenaga pendidik dan peserta didik, sekolah dapat mengagendakan dan seterusnya melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Dalam hal ini meliputi pengecekan gula darah, tekanan darah, kadar kolesterol, tinggi badan, berat badan, serta kondisi penglihatan bagi warga sekolah —siswa, guru, dan tenaga kependidikan.
Dengan langkah-langkah ini, saya yakin, potensi masalah kesehatan pada warga sekolah (wabilkhususnya guru) dapat dideteksi lebih dini sehingga dapat segera ditangani.
Di sisi lain, menjaga kesehatan mental juga sama pentingnya. Dukungan sosial dari sesama guru, pimpinan sekolah yang peduli, serta pelatihan manajemen stres bisa membantu guru menghadapi tantangan sehari-hari dengan lebih baik. Guru juga perlu mengambil waktu untuk diri sendiri, melakukan hobi, atau sekadar menikmati momen kecil bersama keluarga.
Akhir kata, kita harus sadar, guru yang sehat adalah kunci bagi pendidikan yang berkualitas. Dengan fisik yang bugar dan mental yang kuat, mereka bisa memberikan yang terbaik bagi para siswa. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak—pemerintah, sekolah, dan masyarakat—untuk memastikan kesejahteraan guru tetap terjaga.
Implementasi Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat juga dapat menjadi acuan dalam menjaga kesehatan guru harus sehat agar tetap prima dalam menjalankan tugasnya.
Dengan guru yang sehat dan bahagia, masa depan pendidikan Indonesia akan semakin cerah. Nyanban!