Komparatif.ID,Jakarta— Perusahaan GoTo (Gojek Tokopedia) akan menggalang dana publik yang ditargetkan Rp15,8 triliun, melalui cara Initial Public Offering/IPO, di Bursa Efek Jakarta.
Dikutip dari Forbes, Minggu (3/4/2022) pelepasan saham secara perdana perdana ke publik yang dilakukan GoTo, merupakan yang terbesar di Asia tahun ini.
Perusahaan yang berbasis di Jakarta itu mematok harga IPO pada Rp338 per saham, tepat di atas titik tengah kisaran indikatifnya Rp316 hingga Rp346. Penetapan harga sahamnya, yang dibentuk tahun lalu oleh penggabungan Gojek dan Tokopedia, valuasi sebesar $27,8 miliar.
GoTo juga mengatakan Kamis bahwa mereka akan menunda IPO seminggu hingga 11 April. Sebelumnya, proses bookbuilding perusahaan telah diperpanjang hingga 24 Maret untuk memberi pedagang dan konsumen grup lebih banyak waktu untuk membeli saham perusahaan.
“Untuk dapat mengakses pasar publik dalam kondisi saat ini merupakan bukti potensi jangka panjang dari bisnis kami dan akan menopang neraca kami sekaligus menjaga nilai bagi pemegang saham,” kata Andre Soelistyo, CEO GoTo Group dalam sebuah pernyataan.
GoTo melanjutkan IPO-nya meskipun ada gejolak baru-baru ini di pasar keuangan. Harga IPO lebih konservatif dibandingkan dengan IPO terbaru lainnya seperti Bukalapak yang dihargai di ujung atas kisaran indikatifnya sebelum debut perdagangannya, meskipun sahamnya telah kehilangan dua pertiga nilainya sejak saat itu.
Stevanus Juanda, analis dari UOB Kay Hian Sekuritas, menilai harga GoTo terlalu mahal meski di bawah Rp316.
“Kami menemukan bahwa valuasi harga penawaran GoTo masuk pada 9,8 kali harga 2023F/penjualan kotor. Ini tampaknya menjadi premium bagi BUKA (7,5x), SEAS (3,8x) dan perusahaan digital regional dan global lainnya,” kata Juanda dalam laporan terbarunya yang diterbitkan pada 25 Maret.
Meski valuasi premium, Michael Setjoadi, analis dari RHB Sekuritas memproyeksikan IPO GoTo akan sukses.
“Valuasinya mahal tapi wajar karena stok yang tersedia terbatas,” kata Setjoadi. Berdasarkan prospektus, free float perseroan sebanyak 46,7 miliar saham kurang dari 4% dari total 1,48 triliun saham setelah tercatat.
Sumber:Forbes.