Komparatif.ID, Ankara— Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengkonfirmasi korban meninggal akibat bencana gempa yang mengguncang Turki dan Suriah telah melewati 21.500 jiwa, Jumat (10/2/2023).
Sejumlah lembaga terkait termasuk PBB memperkirakan angka tersebut akan terus bertambah, karena luasnya medan yang belum terjangkau, serta laporan dari Suriah utara yang masih belum pasti.
Menurut Wakil Presiden Fuat Oktay setidaknya 18.342 orang telah meninggal di Turki. Sementara paling sedikit 3.377 jiwa diketahui meninggal di Suriah.
Sebagai perbandingan, 18.400 orang tewas dalam gempa berkekuatan 9,3 SR yang memicu tsunami pada 2011 di Fukushima, Jepang. Sementara gempa Izmit, Turki pada 1999 juga menelan total korban jiwa 18.000 orang.
Baca juga: Gempa Turki-Suriah: Kondisi Sulit Hambat Pencarian & Penyelamatan
Operasi Penyelamatan Terus Berjalan
Petugas penyelamat menggali puing-puing selama lima hari berturut-turut untuk menemukan lebih banyak korban selamat dari gempa dahsyat yang telah menewaskan puluhan ribu orang, dan menyapu seluruh kota di Turki dan Suriah.
Operasi kembali dilanjutkan pada hari Jumat (10/2/2023). Namun harapan tim menemukan korban selamat memudar karena telah lewat golden time penyelamatan, operasi kini memasuki hari kelima sejak gempa terjadi.
“Bangunan yang runtuh ini telah menjadi kuburan, puluhan orang telah dikeluarkan (dari puing-puing) tetapi semuanya tewas,” lapor jurnalis Al Jazeera TV Serdar.
Meski begitu, masih ada ruang tersisa untuk harapan di tengah kehancuran. Seorang bayi berusia 18 bulan dan anggota keluarganya berhasil diselamatkan dari bawah reruntuhan bangunan yang runtuh di distrik Antakya Hatay di Turki selatan, setelah terjebak selama 96 jam.
Baca juga: Australia Janjikan Bantuan 151 M untuk Korban Gempa Turki
Ringkasan Upaya Penyelamatan Korban Gempa Hari Kelima
Cuaca musim dingin dan kerusakan jalan serta bandara menghambat upaya penyelamatan. Al Jazeera melaporkan beberapa masyarakat di Turki mengeluh bahwa pemerintah lamban merespons penanganan gempa.
Badan penanggulangan bencana Turki mengatakan lebih dari 110.000 personel penyelamat akan mengambil bagian dalam operasi besar dengan bantuan lebih dari 5.500 kendaraan, termasuk traktor, derek, buldoser, dan ekskavator. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan 95 negara telah menawarkan bantuan.
Meskipun para ahli mengatakan orang-orang yang terperangkap dapat bertahan selama seminggu atau lebih, peluang untuk menemukan orang yang selamat dalam suhu yang membekukan meredup. Tim darurat sekarang mulai mengalihkan fokus untuk menghancurkan struktur bangunan berbahaya yang tidak stabil.
Di Kahramanmaras, sebuah aula olahraga seukuran lapangan basket berfungsi sebagai kamar mayat darurat untuk menampung dan mengidentifikasi mayat.
Di kota Antakya, Turki, puluhan orang berebut meminta bantuan di depan sebuah truk yang membagikan mantel anak-anak dan perbekalan lainnya. Seorang yang selamat, Ahmet Tokgoz, menyerukan pemerintah untuk mengevakuasi orang-orang dari wilayah tersebut.
dikutip dari Anadolu, Al Jazeera, The Guardian, DW