Komparatif.ID, Bireuen— Kejaksaan Negeri Bireuen menerima tersangka Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dan juga gembong sabu Hanisah alias Nyonya N beserta barang bukti dalam proses tahap II dari Penyidik Badan Narkotika Nasional (BNN).
Nyonya N beserta barang bukti diterima langsung Kepala Kejaksaan Negeri Bireuen, Munawal Hadi, yang didampingi oleh tim Jaksa Peneliti dari Kejaksaan Agung RI dan Kepala Seksi Pidana Umum (Kasi Pidum), Firman Junaidi, di kantor Kejari Bireuen, Rabu (22/1/2025).
Nyonya N sebelumnya divonis hukuman mati Pengadilan Negeri Medan, lalu dibatalkan menjadi hukuman seumur hidup lewat putusan Pengadilan Tinggi Medan karena terbukti terlibat kasus kepemilikan narkoba jenis sabu-sabu seberat 52,5 kilogram dan 323.822 butir pil ekstasi.
Kali ini, Nyonya N kembali berurusan dengan hukum karena kasus tindak pidana pencucian uang. Kasus ini akan disidangkan di Bireuen, tempat dirinya tinggal bersama suaminya.
Kasus ini berawal dari keterlibatan Nyonya N dalam jaringan narkoba internasional Malaysia-Aceh-Medan. Warga kecamatan Kota Juang, Bireuen, itu berperan sebagai penghubung untuk mencari orang yang bersedia membawa narkoba ke Kota Medan.
Nyonya N ditangkap pada 8 Agustus 2023 setelah petugas BNN berhasil meringkus tiga pelaku lainnya yang terlibat dalam pengiriman sabu tersebut. Proses hukum yang berjalan kemudian mengarah pada dugaan tindak pidana pencucian uang, yang kini sedang ditangani oleh pihak Kejaksaan.
Nyonya N tinggal di rumah mewah di Gampong Juli Paseh, Bireuen. Bersama suaminya, Al Riza, serta anak buahnya, ia menjalankan bisnis haram tersebut dengan modus operandi yang melibatkan pengiriman sabu dan ekstasi dari Malaysia ke Indonesia, khususnya ke Medan dan Palembang.
Setelah diserahkan ke Kejaksaan Negeri Bireuen, tersangka H dijebloskan ke Lapas Kelas II/B Bireuen untuk menunggu pelimpahan kasusnya ke Pengadilan Negeri Bireuen.
Baca juga: Ratu Narkoba Asal Bireuen Lolos dari Hukuman Mati

Seperti diberitakan sebelumnya, Nyonya N dan suaminya beserta anak buah mereka terlibat dalam kasus narkoba dengan barang bukti 52 kg sabu dan 129 kg pil ekstasi.
Awal kasus tersebut yaitu –sesuai yang dimuat di SIPP Pengadilan Negeri Medan–mulanya Hanisah bersama Salman, Maimun, dan Erul bertemu di Malaysia untuk membicarakan jual beli narkotika jenis sabu dan ekstasi pada Sabtu (22/10/2022).
Pada pertemuan itu, Maimun memperkenalkan Salman sebagai pemilik narkotika dan Erul sebagai pembeli. Hanisah dan Maimun pun akan mendapatkan upah jika berhasil mendistribusikan narkotika dari Malaysia melalui Kota Medan ke Palembang, tempat Erul.
Rincian upahnya, Rp5 juta per bungkus narkotika jenis sabu dan Rp10 ribu per butir narkotika jenis pil ekstasi.
Rencanayan Hanisah akan membagi dua upah itu dengan Maimun. Seiring berjalannya waktu, pada 9 april 2023, Hanisah disuruh Maimun menyiapkan mobil yang akan dipakai untuk membawa narkotika.
Hanisah pun menyampaikan hal itu ke Erul. Lalu, Erul membeli mobil senilai Rp200 jutaan dan mengirimkannya dari Palembang ke Banda Aceh untuk dipakai Hanisah pada Mei 2023. Selanjutnya, Erul mengirimkan uang Rp339 juta sebagai dana operasional.
Baca juga: Nyonya N & The Gank Dituntut Hukuman Mati
Setelah itu, Hanisah menghubungi Mustafa mencari gudang untuk menyimpan narkotika dari Malaysia. Hanisah menjanjikan uang ke Mustafa Rp50 juta. Lalu, Mustafa mendapati gudang itu di Jalan Sunggal, Komplek Sunggal Poin, Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.
Pada Senin (7/8/2023), Nyonya N menyuruh suaminya, Al Riza, untuk pergi ke gudang yang dijaga Mustafa itu untuk melakukan pengecekan jumlah narkoba yang akan tiba. Riza mengajak Hamzah dan Nasrullah pergi ke Kota Medan menggunakan mobil.
Hanisah memberikan uang operasional kepada Hamzah dan Nasrullah Rp 30 juta. Pada Selasa (8/8/2023) sekitar pukul 05.30 WIB, Hanisah telah mendapatkan kabar dari Mustafa bahwa sabu dan ekstasi sudah sampai di gudang.
Sekitar pukul 06.57 WIB, Riza bersama Hamzah dan Nasrullah bertemu Mustafa di gudang. Setelah itu, mereka mengecek narkotika tersebut. Lalu sekitar pukul 07.00 WIB, tiba-tiba pihak kepolisian dari Badan Narkotika Nasional RI datang.
Gudang itu digeledah dan didapati 50 bungkus teh China berisi sabu dengan berat brutto 52.520 gram atau 52 kg. Selain itu, ada 70 bungkus plastik bening berisi 323.822 butir pil ekstasi dengan berat bruto 129.920 gram. Hasil interogasi, narkoba itu akan dikirim ke Palembang atas perintah Hanisah.
Lalu, petugas BNN pun meringkus Hanisah di Desa Cot Buket, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Seluruh pelaku dan barang bukti akhirnya dibawa ke BNN RI untuk diperiksa.