Gas Alam Merupakan Masa Depan Ekonomi Aceh

Masa Depan Aceh Ada di Sektor Gas Alam Kepala SKK Migas Kalsul Azhari Idris pada acara Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa (Diklatpim) yang digelar UIN Ar-Raniry, Kamis (16/5/2024). Foto: Ho for Komparatif.ID.
Kepala SKK Migas Kalsul Azhari Idris pada acara Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa (Diklatpim) yang digelar UIN Ar-Raniry, Kamis (16/5/2024). Foto: Ho for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Gas alam merupakan masa depan ekonomi Aceh. Penemuan Sumur Layaran dan Tangkulo oleh Mubadala Energy, telah membuka harapan baru bagi pembangunan masa depan Aceh.

Kepala SKK Migas Perwakilan Kalimantan dan Sulawesi Azhari Idris, Kamis (16/5/2024) pada acara Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa (Diklatpim) yang digelar UIN Ar-Raniry, menyebutkan Aceh masih memiliki banyak sumber daya mineral. Di antaranya gas bumi.

Baru-baru ini, Kontraktor Kontrak Kerjasama (K3S) Mubadala Energy, telah menemukan cadangan baru di Sumur Layaran di Laut Dalam Wilayah Kerja Andaman yang masuk penemuan cadangan gas lima besar dunia di tahun 2023.

Di hadapan puluhan pemimpin mahasiswa UIN Ar-Raniry, Universitas Syiah Kuala, dan beberapa perwakilan mahasiswa Papua dan Maluku, Azhari Idris menjelaskan, bagi Aceh, ditemukannya lapangan gas alam baru, telah membuka peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi baru di Aceh

Hal-hal yang akan terjadi bila gas alam tersebut berhasil diproduksi oleh kontraktor kontrak Kerjasama, yaitu terbukanya peluang kerja baru, peluang ekonomi baru, bertumbuhnya industri petrokimia seperti pabrik pupuk, gas based businesses, dan penguatan tambahan gas untuk pembangkit tenaga listrik grid nasional.

Kemudian pendapatan yang berasal dari bagi hasil untuk Aceh, peningkatan pendapatan pajak, terbukanya peluang ekonomi dan investasi di Lhokseumawe atau kota lain dimana LNG akan dibangun, keterlibatan perusahaan daerah (BUMD), lahirnya lembaga pelatihan skill sektor migas dan turunannya, dan reutilisasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun.

Sektor gas alam yang saat ini terus dikembangkan oleh Pemerintah, merupakan salah satu sektor paling menjanjikan untuk membangun Indonesia. Keberadaan beberapa lapangan minyak dan gas alam di Aceh, juga potensi yang kelak akan menguntungkan Aceh.

Pada kesempatan itu Azhari menekankan, mahasiswa harus memberikan perhatian khusus terhadap sektor industri gas alam. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mendorong pemerintah daerah melakukan sejumlah upaya, supaya angkatan kerja Aceh, dapat diserap ke dalam industri minyak dan gas alam.

Termasuk mendorong pemerintah daerah menghadirkan perusahaan yang bahan baku produksinya adalah gas bumi dibangun di bumi Aceh sehingga dapat menyerap ribuan tenaga kerja.

“Kalian jangan menunggu tanpa persiapan apa-apa. Industri migas memiliki empat ciri yaitu teknologi tinggi, modal besar, risiko tinggi, dan profesionalisme tinggi. Tahap pembangunan fasilitas masa konstruksi 3-4 tahun membutuhkan tenaga kerja besar dengan keahlian tertentu. Tapi untuk masa operasi/produksi jangka panjang 20-30 thn pekerja yang dilibatkan merupakan yang sudah tersertifikasi, terlatih telah mendapatkan keahlian tertentu,” kata Azhari.

Pria kelahiran Aceh Utara itu mengatakan mahasiswa harus mendorong pemerintah daerah melakukan sejumlah upaya. Seperti mempersiapkan tenaga kerja terlatih yang bersertifikat internasional. Dapat dilakukan dengan cara-cara mengirim anak muda Aceh ke pusat pelatihan migas yang telah ada dan diakui secara internasional.

Persoalan minyak dan gas alam bukan semata perihal bagi hasil yang akan didapatkan daerah, yaitu 30 persen dari total keuntungan pemerintah bila di lepas pantai, atau 70 persen bila di dalam 12 mil laut Aceh.

Pembagian hasil tersebut tidak mungkin dapat memberikan perubahan signifikan, bila orang Aceh tidak terlibat di dalamnya sebagai pekerja.

“Untuk dapat dilibatkan sebagai pekerja, tentu harus telah memiliki keahlian. Di situ tugas pemerintah daerah. Kalian harus mendorong pemerintah melakukan sejumlah tindakan nyata, menyiapkan tenaga terampil,” katanya.

Baca juga: Mubadala Energy Temukan Cadangan Gas 3 Terbesar di Dunia di Lepas Pantai Aceh

Saat ditanya apakah industri migas tidak akan merusak lingkungan, Azhari menjelaskan saat ini industri migas telah menggunakan teknologi ramah lingkungan.

“Saat ini industri migas sudah menggunakan program Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Jadi tak perlu risau lagi soal dampak negatif untuk lingkungan,” kata Azhari.

Pria ramah tersebut mengajak mahasiswa peserta Diklatpim UIN Ar-Raniry untuk bercita-cita saat bekerja mendapatkan gaji dua digit. Bila selama ini paling tinggi enam juta rupiah, kelak bisa mendapatkan gaji di atas 15 juta rupiah atau lebih jika memiliki keahlian yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Pada kesempatan itu mantan dosen Bahasa Inggris pada IAIN Ar-Raniry tersebut mengatakan K3S tidak mungkin akan memproduksi gas alam bila tidak memiliki pembeli. Migas tidak akan mungkin dapat dijual secara besar-besaran bila tidak ada industri yang membelinya. Baik industri dalam negeri maupun luar negeri.

Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur migas seperti pipa gas dari Aceh ke Jawa, merupakan salah satu alternatif supaya gas alam yang diproduksi di Aceh dapat dijual kepada konsumen besar –industri—di luar Aceh.

Namun, Pemerintah Aceh dengan Pemerintah Pusat harus terlebih dahulu memastikan agar industri-industri di Aceh terpenuhi kebutuhan gasnya terlebih dahulu sebelum dialirkan keluar Aceh. Peran Pemerintah Aceh sangat besar dalam mendorong agas gas alam secara maksimal termanfaatkan di Aceh.

“Pusat industri industri besar Indonesia ada di Pulau Jawa, namun jika industri lain bisa dihadirkan ke Aceh tentu pemanfaatan gas tersebut akan diprioritaskan untuk Aceh. Menghadirkan industri dekat ke mulut sumur gas bumi akan lebih menguntungkan investor karena akan mendapatkan harga gas yang lebih kompetitif,” ungkap Azhari.

Karena itu ia mengingatkan mahasiswa bahwa migas Aceh seberapapun banyaknya, tidak dapat dipergunakan untuk mewujudkan kemakmuran, bilamana tidak ada pembeli.

Saat ini peluang menjualnya ke luar negeri juga terbuka lebar, karena negara-negara pemasok gas di Eropa sedang ada kebutuhan besar, akibat dari putusnya pasokan gas dari Rusia karena embargo akibat perang dengan Ukraina.

Azhari juga menyebut pemerintah daerah perlu memastikan kepastian hukum, ramah terhadap investor, birokrasi perizinan dipermudah, kenyamanan investasi dari aspek sosial dan keamanan untuk menarik investor.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here