Film Cina Mengubah Pandangan Rakyat Indonesia Terhadap Tiongkok

Film Cina
KBA sedang menjelaskan pengaruh film Cina untuk perubahan cara pandang terhadap Tiongkok. Itu Disampaikan pada Kamis (17/8/2023) di Universitas Hongkong. Foto: Dok. KBA.

Komparatif.ID, Hongkong—Film Cina memberikan pengaruh besar dalam tranformasi kebudayaan. Melalui berbagai film Cina yang diproduksi di Hongkong dan Cina Daratan sejak 1980, telah mengubah pandangan rakyat Indonesia terhadap Tiongkok.

Demikian disampaikan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Dr. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad (KBA) saat menyampaikan makalahnya pada acara Konferensi Internasional Global China in A Religious World, yang dilaksanakan di Hongkong pada 17-18 Agustus 2023.Konferensi tersebut merupakan kerja sama Intitute for the Humanities and Social Sciences, The University of Hongkong, Center for Global Asia, New York University (NYU) Shanghai, dan Asia Research Intitute, National University of Singapore (NUS).

Di hadapan puluhan akademisi dari berbagai negara, KBA menjelaskan film-film Cina yang diputar di Indonesia berhasil menguvah cara pandang orang Indonesia terhadap Tiongkok.

Baca: KBA Presentasi Sentimen Anti-Cina di kampus Terbaik Tiongkok

Dalam makalah berjudul I Love King Hustle Movie: How the Transformation of Chinese Religiosity Affects Indonesian Culture KBA bertujuan memaparkan pengaruh film-film Cina di Indonesia, sejak era 1980-an.

Sebelum film Cina membanjiri Indonesia, rakyat di Republik memiliki pandangan berbeda terhadap Tiongkok. Hal ini dapat dimaklumi karena sejarah panjang pergolakan bangsa ini, termasuk yang paling berdampak adalah peristiwa 1965. Kebencian terhadap Tionghoa sangat kental kala itu.

Akan tetapi sejak munculnya sinema-sinema yang diproduksi di Hongkong dan Cina Daratan yang diputar di bioskop-bioskop dan televisi di Indonesia, persepsi rakyat Indonesia terhadap Cina pun berubah.

Film-film hasil karya production house dari negara Tirai Bambu tersebut seringkali tidak seirama dengan keyakinan mayoritas rakyat di Nusantara. Tapi tidak mengurangi minat penonton. Film-film Cina seringkali mengisahkan tentang kehebatan dewa judi, serta kehidupan para saolin dan padepokannya yang aktif melawan kejahatan. Nilai utama yang diambil adalah pesan moral.

Secara umum film-film itu menampilkan alur cerita yang penuh komedi, tapi penuh dengan pesan moral. Ia mencontohkan serial Kera Sakti yang ditayangkan di televisi. Sinema elektronik tersebut mengandung banyak sekali kebajikan yang membuat penonton di Indonesia sangat menggemarinya.

Sementara itu, film Kung Fu Hustle merupakan salah satu film Cina yang selalu diputar di Indonesia. Film kungfu komedi menampilkan pesan moral dari seorang manusia biasa menjadi luar biasa, yang diperankan oleh Stephen Chow dan bintang-bintang ternama lainnya.

Film Cina Jadi Jembatan

Film ini setiap tahun selalu diputar di televisi swasta, yang membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sangat meminatinya. Film tersebut mengambarkan bagaimana campur tangan Budha di dalam membantu ‘manusia pilihan’ yang membela kebenaran. Film ini secara internasional mendapatkan keuntungan dan berbagai penghargaan.

KBA memandang film merupakan jembatan diplomasi kebudayaan yang berhasil dilakukan oleh Pemerintah Cina. Pemahaman masyarakat terhadap identitas Cina tersampaikan dalam berbagai film yang selalu mendapatkan perhatian khusus masyarakat Indonesia. Bahkan, beberapa aktor Cina seperti Jet Li, Jacky Chan, Andy Lau, dan beberapa nama lain, masih berada di dalam ingatan masyarakat Indonesia.

Acara ini menghadirkan beberapa pembicara terkemuka dari beberapa negara, yaitu David A Palmer (The University of Hong Kong), Michel Chambon, Emily Hertzman (National University of Singapore), Tan Sen (NYU Shanghai), Manochehr Dorraj (Texas Christian University), Jian Xiakoun (Utrecht University), dan beberapa pembicara lainnya dari Afrika, Amerika Serikat, Eropa, dan Asia. Adapun wakil dari Indonesia 3 orang yaitu: Kamaruzzaman Bustamam Ahmad (UIN Ar-Raniry Banda Aceh), Harry Buwono (BRI), Krisharyanto Umbu Deta (Universitas Gadjah Mada).

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here