Komparatif.ID, Jakarta— Film A Business Proposal yang diproduksi Falcon Pictures mencatat hasil kurang memuaskan pada hari pertama penayangannya (opening day) di bioskop Indonesia. Pada 6 Februari 2025, film ini hanya mampu menarik sekitar 10.035 penonton, jauh di bawah ekspektasi.
Menurut catatan Cinepoint Indonesia jumlah penonton pada hari kedua diprediksi hanya mencapai 6 ribu orang. Dalam sepekan pertama, total penonton film ini hanya berkisar 16.035 orang, angka yang jauh dari ekspektasi untuk sebuah adaptasi dari IP terkenal.
Sebagai perbandingan, film Petaka Gunung Gede yang dirilis pada waktu bersamaan justru meraih angka yang sangat besar dengan 170.007 penonton di hari pertama. Tak hanya dari segi jumlah penonton, film A Business Proposal juga mengalami penurunan signifikan dalam jumlah layar di bioskop.
Cinepoint Indonesia juga mencatat pada hari pertama, film A Business Proposal masih tayang di 1.270 layar, tetapi angka tersebut anjlok drastis menjadi 551 layar pada hari kedua, mengalami penurunan 56,6 persen. Pada hari ketiga, jumlah layar kembali menyusut hingga tersisa 286, turun 48,1 persen dari hari sebelumnya.
Penurunan okupansi layar ini juga terlihat jelas dalam pemantauan di berbagai platform pembelian tiket bioskop. Hingga Minggu, 9 Februari 2025, pukul 08.30 WIB, jumlah bioskop yang masih menayangkan film A Business Proposal semakin terbatas, termasuk di kota-kota besar.
Di Jakarta, hanya lima bioskop XXI dan lima bioskop CGV yang masih menayangkan film A Business Proposal, meskipun memiliki lebih dari 25 bioskop dari berbagai jaringan.
Kota Bandung pun mengalami hal serupa dengan hanya tiga bioskop yang masih mempertahankan film ini dari belasan jaringan bioskop yang tersedia.
Di Medan nasib film A Business Proposal lebih baik, tiga jaringan bioskop CGV, XXI dan Cinepolis masih menayangkan film yang dibintangi anak Uje itu dengan total enam show pada Minggu (9/2/2025) hari ini.
Baca juga: Review: Dosen Ghaib: Sudah Malam Atau Sudah Tahu
Namun film A Business Proposal tidak memiliki jadwal show untuk penayangan esok hari di Medan, sepertinya jaringan bioskop di ibukota Sumtra Utara akan melihat okupansi kursi sebelum merilis show baru untuk film Falcon itu.
Di Semarang dan Surabaya, dua kota besar di Pulau Jawa, film ini kini hanya tersisa di dua bioskop masing-masing, padahal kedua kota tersebut memiliki lebih dari sepuluh bioskop yang tersebar di berbagai wilayah.
Kondisi ini juga terjadi di luar Pulau Jawa, seperti di Medan yang kini hanya menyisakan dua bioskop yang masih memutar film ini. Bahkan, beberapa jaringan bioskop besar sudah tak lagi menayangkan A Business Proposal di cabang mereka di Balikpapan.
Penonton Film A Business Proposal Anjlok, Ulah Abizar?
Merosotnya performa film A Business Proposal diduga berkaitan erat dengan kontroversi yang melibatkan salah satu pemeran utamanya, Abidzar Al Ghifari.
Dalam beberapa wawancara selama promosi film, Abidzar melontarkan pernyataan yang dianggap menyinggung netizen, terutama para penggemar drama Korea.
Salah satu pernyataan yang menuai kritik tajam adalah ketika ia menyebut istilah ‘penggemar fanatik’ untuk menyebut para fans drakor dalam sebuah podcast.
Tak hanya itu, ia juga secara terbuka mengakui tidak menonton drama Korea A Business Proposal yang menjadi sumber adaptasi film ini, karena ingin mengembangkan karakternya sendiri.
Pernyataan ini langsung memicu kemarahan penggemar konten Korea Selatan, khususnya mereka yang menyukai drama A Business Proposal. Seruan untuk membatalkan atau memboikot film pun mulai menggema di berbagai platform media sosial.
Dalam sesi jumpa media, Abidzar kembali memperkuat kesan negatif dengan mengaku hanya menonton sebagian dari episode pertama drama tersebut sebelum memutuskan tidak melanjutkan.
Padahal, ia memerankan karakter utama pria dalam versi Indonesia dari Kang Tae-moo yang diperankan Ahn Hyo-seop di versi drakor. Sebaliknya, Ariel Tatum yang menjadi lawan mainnya, mengaku menonton versi drama terlebih dahulu sebagai bagian dari riset mendalami peran.
Selain itu, pernyataan Abidzar dalam podcast yang menyebut fans drakor sebagai ‘fanatik’ dianggap sebagai bentuk stereotipe dan penghinaan bagi komunitas penggemar hallyu.
Sikapnya semakin menuai kritik ketika ia dengan tegas mengatakan bahwa ia tidak peduli dengan protes yang datang dan bahkan menyampaikan bahwa para pengkritik “enggak bakal diundang nanti di premier.”
Kondisi ini semakin memperparah reaksi publik terhadap film tersebut. Falcon Pictures dan Abidzar akhirnya mengeluarkan pernyataan permintaan maaf secara terbuka. Namun, banyak penggemar yang merasa pernyataan tersebut tidak tulus, terlebih ketika Falcon menyinggung soal kontribusi banyak kru di balik film tersebut dalam klarifikasinya.