Fakta Prostitusi Online di Banda Aceh

Prostitusi online di Banda Aceh
Muncikari dan karyawan bisnis prostitusi online di Serambi Mekkah yang ditangkap pada 2017. Foto: Dok. Polres ta Banda Aceh.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Prostitusi online di Banda Aceh bukan isapan jempol. Karena sudah sejak beberapa tahun lalu terendus. Sebelum maraknya aplikasi hijau (michat) para “pegawai harian lepas” bisnis lendir tersebut menggunakan Twitter yang dikenal ramah dengan praktek pornografi.

Dalam Alijtima’I International Journal Government and Social Science , volume 8 nomor 2 tahun 2023, Mirza Fanzikri dkk dalam artikel berjudul Disrupsi Digital: Fenomena Prostitusi Online di Daerah Penerapan Syariat Islam, yang disitat Komparatif,id pada Jumat (28/7/2023) malam, mengupas dampak positif dan negatif kemajuan teknologi informasi.

Dari sisi negatif, kemajuan teknologi informasi telah memudahkan asimilasi budaya asing tanpa batas, yang membuka kesempatan maraknya pornografi, perjudian online, kejahatan siber, dan bisnis prostitusi online (pelacur4n). Munculnya dampak negatif sebagai penanda merosotnya moral di tengah masyarakat.

Baca: Perempuan Muda di Bisnis Esek-esek di Serambi Mekkah

Mirza Fanzikri menyebutkan meskipun Aceh merupakan daerah yang menerapkan Syariat Islam, tapi kerap ditemukan pelanggaran-pelanggaran terhadap Syariat Islam. Dalam jurnal tersebut dia menulis, menurut data Polresta Banda Aceh, dari 2017-2021, terdapat delapan kasus prostitusi online di Banda Aceh yang berhasil diungkap aparat penegak hukum.

Meskipun jumlah kasus yang berhasil diungkap tidak banyak, tapi tiap kasus prostitusi online di Banda Aceh melibatkan paling sedikit dua orang. Bahkan ada kasus prostitusi online di Serambi Mekkah melibatkan sampai delapan pelaku dalam satu kasus.

Masih ingat peristiwa penangkapan seorang pria berinisial AI pada Minggu (22/10/2017) pada pukul 00.30 WIB? Pria asal Simeulue tersebut diringkus aparat hukum ketika sedang menawarkan dua “pegawai harian lepas” yang ia germokan masing-masing NF (22) warga Banda Aceh, dan M (23) warga Aceh Besar? Peristiwa itu menghebohkan jagad. AI mengendalikan bisnis tersebut menggunakan media sosial Whatsapp. Polisi menyita 13 telepon android dari tangan AI.

Pada Maret 2018, polisi menangkap 8 mahasiswa yang bekerja sebagai pekerja seks komersial yang beroperasi secara daring. Mereka melayani konsumen di hotel-hotel. Delapan mahasiswa itu ditangkap di Hotel yang beralamat di Aceh Besar. Sekali tidur dengan penjaja kehangatan itu konsumen dikenakan tarif Rp2 juta.

Pada 14 Oktober 2022, aparat penegak hukum dari Polresta Banda Aceh menangkap 11 pelaku prostitusi online di Banda Aceh. Mereka ditangkap di salah satu hotel, setelah polisi menyaru sebagai calon konsumen. Tiap kali bobok, mereka mengenakan tarif Rp1,2 juta. Komunikasinya menggunakan WA. Setiap kali transaksi terjadi, jatah muncikari Rp200 ribu, selebihnya untuk si pemilik badan.

Dalam penangkapan itu polisi meringkus dua muncikari dan lima wanita tuna Susila. Dua di antaranya ibu rumah tangga yang masih berusia muda.

Di tempat terpisah, polisi juga menangkap empat orang lainnya yang juga berbisnis lendir hasil pertemuan dua alat reproduksi secara ilegal.

Pada Sabtu, 8 April 2023, Polisi Wilayatul Hisbah dan Polisi Pamong Praja Kota Banda Aceh menggerebk penginapan ilegal di Gampong Keudah. Dalam razia itu petugas menangkap 10 pasangan. Namun sembilan pasangan dibebaskan karena berstatus suami istri. Sedangkan satu pasang ditahan.

Fajri M Kasim dalam artikelnya Aceh, Masalah Narkoba dan Pelacuran Dalam Sorotan: Sebuah Tinjauan Awal, yang dimuat di Jurnal Siasat, tidak ada angka yang valid berapa jumlah pegawai bisnis lendir di Aceh. Akan tetapi, menurut catatan lembaga YDR pada tahun 2010, terdapat 500 pel4cur di Serambi Mekkah.

Perkembangan Baru Prostitusi Online di Banda Aceh

Data terbaru, dalam dua tahun terakhir, perkembangan bisnis lendir di Banda Aceh semakin marak. Para pelaku seperti memanfaatkan secara maksimal kondisi Aceh yang kondusif dan tidak adanya kriminalitas seperti begal.

Semakin larut malam bertambah banyak wanita-wanita muda yang didampingi oleh pria-pria yang patut diduga sebagai muncikari, berkumpul di warung-warung kopi tertentu. Mereka pernah menjadikan salah satu warkop besar di Lampaseh sebagai terminal. Tempat menunggu pelanggan yang datang menjemput. Kemudian sebagian ada di warkop yang berada di tidak jauh dari Pendopo Gubernur Aceh. Akan tetapi saat ini komunitas penjaja cinta short time and long time tersebut menjadikan salah satu warkop di kawasan Keudah, di dekat Krueng Aceh sebagai lokasi terminal.

Setiap bulan ada saja peristiwa pertengakan antar wanita tuna susila karena persaingan bisnis. Mereka tidak peduli di tengah keramaian, tetap saja bergaduh tanpa sungkan bila praktek prostitusi di Serambi Mekkah merupakan sesuatu yang sangat dilarang.

Terkini, saat berlangsungnya bisnis, sudah jarang yang menggunakan kamar hotel. Menurut kabar yang diterima Komparatif.ID dari sejumlah sumber kredibel, lebih banyak yang “berbisnis” di dalam kabin mobil konsumen.

Mereka berkeliling Banda Aceh waktu dinihari hingga pukul 02.30 WIB. Atau tergantung pesanan yang masuk. “Di dalam kabin mobil lebih aman. Jauh dari perhatian,” sebut seorang sumber yang telah mengamati praktek prostitusi online di Serambi Mekkah sejak beberapa tahun belakangan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here