Fakrul, “Dihanyutkan” Perahu ke Banda Aceh

Fakrul ketika sedang membelah entok di Pasar Al-Mahirah, Lamdingin, Banda Aceh, Sabtu (1/10/2022). Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Fakrul (36) tidak pernah menyangka akan bermukim di Banda Aceh. Suatu ketika, setelah tamat SD di Geulanggang, Bireuen, dia pulang kampung. Oleh sebuah perahu nelayan dia “dihanyutkan” ke ibukota Provinsi Aceh.

Kisah itu disampaikan Fakrul sembari terus me-chopping daging entok di Pasar Al-Mahirah, Lamdingin, Kota Banda Aceh, Sabtu (1/10/2022) sekitar pukul 10.45 WIB.

Pria berkulit hitam kelahiran Gampong Tumpok Teungoh, Banda Sakti, Kota Lhokseumawe itu sangat ramah. Ia menyebutkan ketika SD, dirinya termasuk murid yang “aktif” sehingga pada kelas IV, harus pindah ke Bireuen.

Di Bireuen, ia sementara waktu bermukim di Cot Gapu, menumpang pada abangnya yang menetap di sana.

“Di Bireuen saya bersekolah di SD Geulanggang,” kata Fakrul sembari tak berhenti memotong daging entok jantan yang harganya Rp190.000.

Lulus SD Fakrul Jadi Nelayan

Setelah lulus SD pada tahun 1999, Fakrul kembali ke Tumpok Teungoh. Di sana dia sering bermain ke pantai, tempat para nelayan beraktivitas. Setiap hari dia melihat kegiatan para pencari rezeki di tengah laut.

Fakrul belia akhirnya jatuh cinta pada dunia nelayan. Tak butuh waktu lama, ia  pun memilih menjadi nelayan mencari ikan di laut.

Seperti biasa, suatu hari dia melaut mencari ikan di Selat Malaka. Bersama teman-temannya pria bertubuh semampai itu berlabuh di sebuah Pelabuhan di Banda Aceh. Sejak saat itu dirinya tidak lagi pulang ke Lhokseumawe.

Ketika tsunami melanda Aceh pada Minggu,26 Desember 2004, Fakrul selamat. Dia sempat beralih menjadi relawan, membantu apa saja bersama rombongan Dayah BUDI Aceh Utara.

Tahun 2007, Fakrul banting setir. Dunia nelayan dia tinggalkan, dan dirinya beralih ke bisnis jual beli ayam, sekaligus menyediakan jasa sembelih ayam. Saat ini dia dan teman-temannya membuka lapak di belakang Pasar Induk Al-Mahirah, Banda Aceh.

Fakrul saat sedang melayani pembeli di Pasar Al-Mahirah, Banda Aceh, Sabtu (1/10/2022). Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.
Fakrul saat sedang melayani pembeli di Pasar Al-Mahirah, Banda Aceh, Sabtu (1/10/2022). Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.

Fakrul telah menikah dengan perempuan asal Krueng Mane, Aceh Utara. Dia mengaku sudah sangat jarang pulang ke Tumpok Teungoh. “Sejak ayah dan mak tidak ada lagi, saya jarang pulang ke sana. Kalau Lebaran, saya hanya pulang ke Krueng Mane, ke kampung halaman istri dan keluarga besarnya,” kata Fakrul.

Di Pasar Al-Mahirah, Fakrul disapa dengan panggilan Om. Dasarnya yang memanggi dirinya Om, yaitu keponakannya. Akhirnya semua kenalannya di pasar menyapanya dengan sebutan Om.

Saat ditanya siapa lebih enak, jadi nelayan, atau menjadi pedagang ayam? Sembari terkekeh Fakrul menjawab kedua punya sisi yang berbeda. “Ketika jadi nelayan saya jarang pulang ke rumah. Sekarang setiap hari saya bila pulang,” sebutnya.

Harga Ayam dan Bebek Mulai Naik

Fakrul dan beberapa sumber lainnya di Pasar Al-Mahirah menyebutkan bahwa begitu masuknya bulan Maulid yang diperingati selama tiga bulan di Aceh, harga daging, termasuk ayam dan bebek akan naik.

Bebek yang hari ini dibeli Rp190.000, pada bulan Maulid dijual Rp200.000 sampai Rp220.000. Ruang tawar menawar sangat sedikit dibuka karena tingginya permintaan.

Menurut sejumlah pedagang, orang-orang dari Nagan Raya, akan ke Banda Aceh untuk tujuan membeli ayam dan bebek kebutuhan kenduri peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

“Stok ayam dan bebek di sana yang sesuai untuk Maulid Nabi sangat kurang. Kalau pun ada harganya mahal. Makanya mereka belanja ke sini, dan ketika dijual kembali di Nagan, harganya masih kompetitif,” sebut seorang pedagang.

Di Aceh ada beberapa event kebudayaan dan keagamaan yang membuat harga daging dan harga ikan segar tertentu melonjak drastis. Yaitu saat peringatan Maulid Nabi Muhammad sepanjang tiga bulan dan dimulai pada 12 Rabiul Awal, Makmeugang yang digelar satu sampai dua hari sebelum Puasa Ramadan, satu hari sebelum Lebaran Idulfitri dan Iduladha.

Ikan-ikan yang harganya akan melonjak tinggi pada hari-hari tersebut yaitu bandeng (muloh/geumuloh: Aceh), ikan famili skombridge yaitu segala jenis tuna, dan tongkol (suree: Aceh). Harga udang juga melompat lebih tinggi pada event- event tersebut.

Pantauan Komparatif.id, kondisi pasar Al-Mahirah sudah lebih teratur, dan lebih kering. Perihal sampah, masih terlihat di beberapa ruang. Di bagian belakang pasar, pedagang juga mendirikan tenda-tenda dari terpal, sebagai tempat berniaga menjajakan kebutuhan dapur rumah tangga.

Pasar Al-Mahirah merupakan salah satu pasar rakyat di Banda Aceh, dengan harga barang yang masih terjangkau bagi semua kalangan. Di sana juga tersedia lahan parkir luas, dan setiap masuk harus bayar Rp1000 untuk roda dua, dan Rp2000 untuk roda empat. Petugas akan memberikan tiket kepada siapa saja yang masuk setelah membayar iuran parkir.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here