Komparatif.ID, Banda Aceh—Sebuah video amatir berisi imbauan seorang perempuan lansia kepada anaknya –Evendi–yang telah menjadi pendeta di Sumatera Utara, ramai dibagikan di media sosial Facebook. Perempuan yang wajahnya disamarkan itu, meminta agar puteranya Kembali ke pangkuan Islam dan pulang ke rumah mereka.
Amatan Komparatif.id melalui video pendek, Jumat (29/4/2022) perempuan yang duduk di ruang tengah sebuah rumah semi permanen, meminta anaknya Kembali ke rumah. Ia sudah Lelah mencari.
Dengan isak tangis, sang ibu menyebut –menyeru kepada puteranya—bahwa dirinya sudah bersusah payah memberikan pendidikan yang terbaik kepada sang anak. Menyekolahkannya ke salah satu pesantren terbaik—ia menyebut nama pesantren tersebut—tapi mengapa Evendi memilih jalan lain?
Ia meminta sang pendeta muda untuk pulang, ianya yang renta telah Lelah mencari ke sana-kemari, tapi tak kunjung berhasil menemui sang buah hati.
Si ibu mengiba agar sang putera pulang, bertaubat, Kembali ke pangkuan Islam. Ia mengatakan almarhum ayah Evendi pasti sangat sengsara di dalam kubur oleh ulah sang anak.
Hasil penelusuran Komparatif.id, Evendi merupakan lelaki kelahiran Gampong Blang Mane, Peusangan Selatan, 12 Oktober 1984. Dalam salah satu kartu identitas organisasi yang diposting di media sosial, Evendi telah berganti nama menjadi Ev Avraham Evendi Usman.
Di internet, dengan menggunakan mesin pencari, video-video ceramah Evendi tentang kekristenan dengan mudah dapat ditemukan. Dia juga mengaku dalam tempo delapan tahun menjadi pengikut Kristus, telah berkali-kali menamatkan Injil.
Nama Evendi Usman kerap diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir, karena seringkali muncul di ruang maya dengan ceramah-ceramahnya tentang kekristenan. Dia sering menyampaikan bahwa dirinya pernah nyantri di pesantren. Dalam ceramahnya dia juga sering mengatakan bahwa dirinya Aceh.
Bahkan dalam beberapa video dia menyampaikan pesan-pesan kekristenan dengan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Aceh.
Dari cerita-cerita di kampung halamannya Evendi, pria tersebut pindah keyakinan karena faktor kemiskinan. “Keluarganya miskin. Almarhum ayahnya juga sangat miskin. Tapi ibunya berusaha agar dia mendapatkan pendidikan terbaik. Dia dikirim ke salah satu pesantren unggulan di Aceh Utara. Tapi setelah enam tahun di sana, anak itu justru pindah keyakinan. Itu yang membuat ibunya tidak habis pikir,” sebut sumber Komparatif.id.