Ethiopia Akan Jadi Penyedia Listrik Terbesar di Afrika

listrik terbesar di afrika
Pada awal 2024, pengisian GERD dilaporkan telah mencapai 94 persen. Foto: Tiksa Negeri/File Reuters

Komparatif.ID, Addis Ababa—Ethiopia akan menjadi penyedia listrik terbesar di Afrika. Pengisian air Bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) telah mencapai 94 persen pada awal 2024.

Sungai Blue Nile yang berhulu di Danau Victoria di Tanzania dan Uganda, akhirnya dilirik oleh Pemerintah Ethiopia sebagai masa depan. Setelah sangat lama karena kalah gertak dari Mesir dan Sudan, akhirnya pada 2011 Ethiopia menempuh jalan baru.

Pada 2011 Pemerintah Ethiopia memulai pembangunan Grand Ethiopian Renaissance Dam yang pendanaannya bersumber dari obligasi dan dukungan swasta. Bendungan tersebut diproyeksikan sebagai pembangkit listrik terbesar di Afrika, dan menjadi di antara 20 PLTA terbesar di dunia. Jumlah total kapasitas terpasang 5,15 gigawatt.

Dalam tempo tidak lama lagi, Ethiopia akan memiliki jumlah power listrik paling besar, dan menjadi eksportir energi listrik untuk negara-negara tetangga.

Baca: Ethiopia, dari Miskin Menjadi Negara Kaya di Afrika

Di tengah pembangunan pembangkit listrik terbesar di Afrika, perselisihan antara Ethiopia dan negara-negara hilir Mesir dan Sudan mengenai pembangunan bendungan telah berlangsung selama 12 tahun.

Mesir dan Sudan bersikeras untuk terlebih dahulu mencapai kesepakatan yang mengikat dengan Ethiopia mengenai pengisian dan pengoperasian bendungan untuk memastikan kelanjutan aliran air Sungai Nil yang menjadi bagian mereka.

Ethiopia memilih bersikap masa bodoh dengan protes yang dilakukan Mesir dan Sudan. Pengabaian tersebut karena tatkala membangun Aswan Mesir mengabaikan Ethiopia yang kala ini masih merupakan negara miskin. Bagi Ethiopia tidak ada negosiasi dengan “preman” bila justru merusak mimpi kemandirian listrik, dan menjadi penyedia energi listrik terbesar di Afrika.

Produksi Listrik Pertama

Pada tanggal 20 Februari 2022, bendungan yang diproyeksikan sebagai pembangkit listrik terbesar di Afrika tersebut menghasilkan listrik untuk pertama kalinya, menyalurkannya ke jaringan listrik dengan laju 375 MW. Turbin kedua berkapasitas 375 MW ditugaskan pada Agustus 2022.

Dilaporkan Anadolu Agency yang disitat dari stasiun TV Fana, Kamis, 5 Januari 2024, Ethiopia telah menyelesaikan 94% pembangunan Bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD).

Pada 10 September 2023, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengumumkan keberhasilan pengisian bendungan tahap keempat, sebuah langkah yang dianggap Kairo sebagai “pelanggaran baru” oleh Addis Ababa.

Ethiopia telah mengumumkan bahwa mereka telah mengisi Bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) di Sungai Nil, yang telah menjadi sumber sengketa air yang telah berlangsung lama dengan negara-negara hilir Mesir dan Sudan.

Mesir Tak Berhenti Mengganggu Proyek Listrik Terbesar

Bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) diperkirakan menelan biaya hampir 5 miliar dolar AS, sekitar 7% dari produk nasional bruto Ethiopia tahun 2016.

Kurangnya pendanaan internasional untuk proyek bendungan dan pembangkit listrik terbesar terus-menerus dikaitkan dengan kampanye Mesir untuk tetap mengontrol pembagian air Nil.

Ethiopia tak mau patah arang. Ketimbang memilih kalah dalam mewujudkan mimpi mereka membangun pembangkit listrik terbesar di Afrika, Pemerintah Ethiopia justru bangkit; membiayai GERD dengan crowdsourcing melalui penggalangan dana internal dalam bentuk penjualan obligasi dan membujuk karyawan untuk menyumbangkan sebagian dari pendapatan mereka. Kontribusi dibuat di situs resmi baru yang dikonfirmasi oleh akun terverifikasi Kantor Perdana Menteri Ethiopia.

Dari total biaya, 1 miliar dolar AS untuk turbin dan peralatan listrik didanai oleh Exim Bank of China.

Dasar bendungan GERD berada sekitar 500 m (1.600 kaki) di atas permukaan laut. Air yang mengalir keluar dari bendungan akan dilepaskan lagi ke Sungai Nil Biru yang hanya mengalir sekitar 30 km (19 mil), sebelum bergabung dengan waduk Roseires, yang – jika tingkat pasokan penuh – akan berada pada ketinggian 490 m (1,610 kaki) di atas permukaan laut.

Penguapan air dari waduk diperkirakan mencapai 3% dari volume aliran masuk tahunan sebesar 48,8 km3 (11,7 cu mi), yang setara dengan volume rata-rata yang hilang melalui penguapan sekitar 1,5 km3 (0,36 cu mi) setiap tahunnya.Hal ini dianggap dapat diabaikan oleh IPoE.Sebagai perbandingan, Danau Nasser di Mesir kehilangan antara 10–16 km3 (2,4–3,8 cu mi) setiap tahunnya melalui penguapan.

Sumber: Anadolu Agency, Aljazeera, bbc, ezega.com, news.one.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here