Ekonomi Melemah, Daya Beli Masyarakat Banda Aceh Lesu

daya beli, Mijar (38) penjual siomay di kawasan Lamgugob mengatakan penjualan dagangannya akhir-akhir ini menurun. Foto: Komparatif.ID/Fuad Saputra.
Mijar (38) penjual siomay di kawasan Lamgugob mengatakan penjualan dagangannya akhir-akhir ini menurun. Foto: Komparatif.ID/Fuad Saputra.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Daya beli masyarakat Kota Banda Aceh yang semakin melemah akhir-akhir ini mulai meresahkan, terutama bagi pedagang kecil di berbagai sektor. Para pedagang merasakan langsung bagaimana penurunan daya beli masyarakat berdampak pada pendapatan yang semakin menurun.

Pedagang siomay yang biasa menjajakan jajanan di kawasan Lamgugob, Mijar (38) merasakan sendiri dampaknya. Ia menuturkan, dalam beberapa bulan terakhir hasil jualannya tidak menentu.

Sebelum Idulfitri lalu, Mijar menyebut dirinya biasa memproduksi hingga 1000 butir siomay perhari. Namun kini ia hanya berani memproduksi maksimal 700 butir, itu pun hanya pada waktu khusus seperti di akhir pekan.

“Sekarang terasa sepi, Bang, saya juga tidak berani bikin banyak lagi. Biasanya sekarang yang beli cuma pembeli langganan dari perumahan belakang itu,” ujar Mijar kepada Komparatif.ID, Sabtu (4/8/2023).

Bila sedang mujur, saat berhasil menjual habis dagangan dalam kapasitas produksi maksimal, Mijar mampu membawa pulang omset kotor hingga Rp500.000 perhari. Bila sedang sangat sepi, seperti dalam beberapa hari terakhir, Mijar hanya mendapat Rp300.000.

“Kalau dipotong biaya modal, dan kebutuhan ini itu, bersihnya hanya Rp50.000 per hari, Bang, itu belum termasuk biaya untuk anak istri,” ucap Mijar.

Syahril (24) juga mengalami hal serupa, perantau yang baru bermukim di Banda Aceh sejak 2019 ini juga mengeluhkan menurunkan omset. Siomay yang biasa ia jual di kawasan Lingke mulai sepi pembeli.

Dalam beberapa hari terakhir, Syahril hanya berhasil meraup pendapatan kotor Rp250.000 per hari. Angka ini jauh dari penghasilan maksimal yang biasa didapatkan sebelum pandemi Covid-19.

“Sebelum Corona, alhamdulillah per hari biasanya sampai Rp600, sekarang memang lagi menurun,” ujar Syahril.

Perantau dari Aceh Timur ini tidak tahu alasan pasti kenapa dagangannya mulai sepi. Kondisinya semakin parah, mahasiswa yang menjadi salah satu target penjualan utamanya sedang berlibur, akibatnya sekarang ia tidak bisa hanya mangkal di satu tempat, namun harus terus berkeliling dan menyebabkan biaya modal makin besar.

“Apalagi sekarang libur, jadinya saya harus keliling lagi cari tempat ramai. Tapi uang bensin jadi lebih mahal, kalau laku pasti aman, kalau tidak laku baru pusing hehehe,” ucap Syahril seraya tertawa getir.

Baca juga: Pengunjung Restoran di Banda Aceh Merokok Sembarang

Tidak hanya kuliner jajanan, pedagang makanan berat juga merasakan dampak sama akibat berkurangnya daya beli. Warung sate padang milik Imran di kawasan Ulee Kareng mengalami penurunan pelanggan yang signifikan.

Imran mengungkapkan tidak tahu alasan pasti penyebab sepinya pembeli, padahal ia tetap menyajikan sate dengan kualitas terbaik sejak mulai berjualan delapan tahun lalu.

Gak tahu juga kenapa sepi, tapi pembeli memang berkurang, omset juga menurun. Sekarang saya tiap malam malah was-was kalau hujan turun. Karena otomatis pendapat akan semakin kecil,” ujar Imran.

Imran harus putar otak, warungnya buka semakin lama. Dulu ia mulai berjualan sejak pukul 19.00 hingga pukul 23.00 WIB, kini tutupnya kadang jam satu dini hari hingga dagangannya ludes.

Dari beberapa pedagang kecil yang Komparatif.ID wawancarai, semua sepakat dalam beberapa bulan terakhir daya beli masyarakat semakin menurun. Mereka berharap pemerintah menyiapkan skema untuk menstimulasi kembali ekonomi agar lebih baik.

“Saya harap ada cara gitu dari pemerintah agar ekonomi kita kembali membaik, kalau hal ini terjadi semakin lama kami masyarakat kecil yang semakin merana,” ujar Nur Laita (39) penjual gorengan di jalan Ie Masen Kaye Adang, dekat kompleks perumahan dinas anggota DPRA.

Para pedagang kecil ini terus berjuang keras untuk mempertahankan usaha mereka, sambil berharap perbaikan ekonomi di masa mendatang. Meskipun tantangan yang dihadapi kompleks, semangat mereka untuk terus berusaha menunjukkan ketangguhan dan semangat kewirausahaan yang patut diacungi jempol.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here