Komparatif.iD,Banda Aceh– Dr. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, lulusan Ph.D La Trobe University, Victoria, Australia, membagikan buku Virtual Ethnography di internet dan dapat diunduh gratis.
Intelektual Islam yang mengajar di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, memberikan informasi tersebut di akun Facebook-nya.
“Dalam 5 bulan terakhir saya mencoba menulis satu topik tentang bagaimana memahami dunia digital melalui virtual ethnography. Tulisan tersebut kemudian saya jadikan sebagai satu buku yang dapat diunduh secara gratis,” tulis KBA di lini masa Facebook yang diakses Komparatif.id, Senin (13/6/2022).
Pada bagian pertama buku Virtual Ethnography, KBA menjelaskan tentang internet, pikiran, dan kesadaran manusia. Di sana dibahas tentang artificial intelligence (kecerdasan buatan).
Kemudian menjelaskan artificial consciousness. Selanjutnya menerangkan dampak media sosial dalam kehidupan manusia. Pada bab-bab bagian pertama, KBA menulis perihal unifikasi pengetahuan digital bagi masyarakat, serta internet, manusia dan monkey mind.
Bagian kedua Etnografi Virtual dia membahas tema besar etnography virtual praktiknya. Di sana dikupas tentang definisi, metode, etnography virtual di dalam Facebook.
Pada bagian ketiga memahami isu keagamaan, KBA mengupas tentang kemunculan techno-religion, islamofobia digital dalam media sosial di Indonesia, agama sebagai komoditas dalam kehidupan, dan ketika youtuber melakukan bukan ritual agamanya.
Secara keseluruhan buku tersebut berisi enam bagian. Di bagian akhir KBA membahas kehidupan masyarakat digital.
Bagi yang ingin men-download segera kunjungi laman Facebook KBA, dan dapatkan buku tersebut.
Buku tersebut mendapatkan apresiasi dari sejawatnya, juga dari masyarakat umum.
Syarifah Rahmatillah ikut memberikan testimoni di timeline Facebook. Dia menulis:Bagi yang membutuhkan bacaan dan referensi yang bagus terkait alam virtual maka mengunduh buku karya Prof Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad ini akan mengenyangkan kecerdasan Anda, ditambah lagi buku ini dapat diunduh secara gratis, ini seperti menu pembuka yang lumer santai di ujung lidah.”