Komparatif.ID, Banda Aceh—Bisnis kuliner kepiting soka yang diberi nama King Soka milik Dian Tamara, dilamun badai Covid-19. Dia terpaksa menutup restorannya dan berjualan kepiting soka beku. Kini, dia meraup pundi-pundi rupiah dari bazar ke bazar.
Dian Tamara, pria berusia 41 benar-benar diuji ketika memulai bisnis kuliner kepiting soka di Banda Aceh. Ia cukup percaya diri ketika memulai bisnis tersebut di Serambi Mekkah.
Baca juga: Tanoh Gayo Nan Indah, Sabang yang Aduhai
Ragam sajian ia sediakan seperti kepiting soka saos padang, kepiting soka lada hitam, kepiting soka asam manis, dan geprek soka. Konon lagi di Gampong Cot Lamkuweuh, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, ada budidaya kepiting berkulit lunak tersebut.
“Pasokannya tidak jadi masalah karena di Cot Lamkuweuh tersedia sentra budidaya kepiting soka,” katanya, Jumat (18/11/2022).
Ia sudah sering mendengar tentang kuliner soka di Jakarta. Sangat banyak penggemar. Dian pun mengatur rencana. Tahun 2019 dia pun memulai bisnis kuliber berbahan baku kepiting bercangkang lembek.
Sarjana Arsitektur Universitas Trisakti tersebut membuka resto. Omzetnya belum banyak kala itu. Karena baru, setiap hari ia hanya mengantongi keuntungan Rp200 sampai Rp300 ribu. Modal yang ia keluarkan demi memulai bisnis Rp50 juta.
Awal tahun 2020, pandemi Covid-19 melanda dunia dan virus tersebut ikut menyerang Aceh. meskipun kala itu banyak warga yang tidak percaya betapa bahayanya virus asal Wuhan itu, faktanya setiap hari banyak jatuh korban meninggal dunia.
Bisnis kulinernya pun sepi. Dian tak mampu bertahan. Ia akhirnya menutup restorannya. Sempat berpikir hendak banting stir, tapi akhirnya ia memilih tetap berbisnis soka. Ia pun berdagang kepiting lunak beku. Siapa saja yang berminat tinggal goreng saja. Ia menambah varian; nugget kepiting.
Dian mengemas paket kepiting lunak 150 gram dengan harga Rp30 ribu. Kemasan lain 250 gram dijual Rp50 ribu. Sepertinya rezeki belum begitu semangat mendekatinya. Setiap bulan ia hanya mampu menjual Rp2 juta. Jauh bila dibanding ketika ianya masih membuka resto.
Ia tak habis akal. Promo dilakukan secara swadaya melalui aplikasi online. Dian memanfaatkan platform digital. Unit usaha yang ia buka di Blang Oi, Meuraxa, agak merambat. Faktor Covid-19 mungkin penyebab utamanya.
Tertutup pintu yang satu, terbuka pintu lainnya. Jalan terang terbuka pelan-pelan setelah Dian bergabung dengan Koperasi Industri Tanyoe Aceh (KITA). Melalui koperasi tersebut Dian berkesempatan mengikuti berbagai bazar.
Setiap ada pameran, ia ikut serta. Omzetnya mulai meningkat. Setiap pameran yang diikutinya, ia mampu mendapatkan rupiah 500 ribu per hari. Bahkan bila ikut food festival, ia mampu menjual sampai Rp2 juta dalam satu hari.
KITA sangat membantu Dian. Koperasi tersebut membantu membuat katalog. Selain itu kerja sama dijalin dengan koperasi lain. Promosi berbasis komunitas tersebut sangat membantu Dian meningkatkan omzet.
Dian berharap bisnis yang ia geluti bertambah besar. Salah satu yang ia dambakan adalah sentuhan dinas terkait. Ia membutuhkan edukasi konsep pemasaran produk serta manajemen usaha. Selain itu, dirinya juga membutuhkan perluasan promosi kepada pemangku kepentingan.
Cita-cita Dian, ingin memiliki tambak kepiting soka. Tujuannya agar pasokan tetap stabil. Konon lagi panen kepiting soka termasuk cepat. 15 sampai 20 hari sekali dapat dipanen. Dengan demikian pasokan soka tetap terjaga dan pelanggan tidak kecewa.