Di Aceh Besar, Warga Ubah Ampas Kopi Jadi Briket

briket ampas kopi
briket dari ampas kopi hasil produksi warga Gampong Lamkeunung, Darussalam, Aceh Besar. Mereka siap menyambut penginjeksi modal lebih besar. Foto: Dok. Bea Cukai Aceh.

Komparatif.ID, Jantho—Ampas kopi jadi briket yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar alternatif? Ya, kini briket tersebut telah diproduksi dalam skala terbatas oleh warga Gampong Lamkeunung, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.

Dalam pepatah Aceh [hadih maja] disebut, nyoe jeut tapeulaku boh labu jeut keu asokaya. Nyoe hanjeut tapeulaku aneuk teungku jeut keu beulaga. Artinya kira-kira; di tangan orang yang tepat, sesuatu yang biasa menjadi luar biasa bagusnya. Sedangkan di tangan yang tidak tepat, sesuatu yang potensial bisa menjadi benda tak berguna.

Ampas kopi (coffee logs) selama ini dibuang percuma di belakang warkop. Ditumpuk menjadi limbah, yang busuk perlahan-lahan, dan kemudian dilupakan. Tak ada yang bersedia mengingat betapa sebelum menjadi ampas, ia telah memberikan cita rasa terbaik kepada setiap penikmat kopi.

Baca: Lelang Keperawanan, Mahasisiswa Inggris Raup Rp28 Miliar

Tapi, sejak beberapa bulan lalu, warga Lamkeunung mulai memberikan perhatian kepada ampas kopi. Warga yang dipimpin oleh Keuchik Gampong Lamkeunung Amiruddin Idris, belajar mengolah ampas kopi menjadi briket. Wow! Hasilnya sungguh mengagumkan. Dengan ketelatenan mahasiswa Kuliah Kerja Nyatab (KKN) dari Universitas Syiah Kuala (USK) yang datang ke sana enam bulan lalu, kini warga sudah bisa memproduksi secara mandiri briket.

Keuchik Lamkeunung Amiruddin Idris, Selasa (11/3/2025) saat menyambut Agen Fasilitas Bea Cukai Aceh, menjelaskan, briket yang diberi nama Bricket LK Coffee, pertama kali dimunculkan ke publik pada Februari 2025, ketika desa tersebut dipilih sebagai Kampung Bebas Narkoba ke-25.

Usaha tersebut sudah dimulai secara serius sejak Januari 2025. Hasil produksi tangan-tangan terampil ibur umah tangga yang bergabung dalam satu unit kerja, telah dipamerkan di beberapa pameran di tingkat kabupaten dan provinsi di Aceh.

Bricket LK Coffee berbahan baku dari ampas kopi warung-warung yang ada di gampong tersebut. Sejauh ini bahan bakunya masih gratis.

Usaha pembuatan briket dari ampas kopi melibatkan 12 tenaga kerja perempuan yang seluruhnya telah menikah. Per piece briket itu dijual Rp1.000. untuk satu kemasan Rp20 ribu. Sejauh ini hasil produksinya cukup menggembirakan.

Kendala produksi saat ini hanyalah soal fasilitas saja. dengan mesin sederhana, setiap hari hanya mampu diproduksi 100 piece. Bilamana didukung oleh tambahan mesin, mereka mampu memproduksi 1.200 piece per hari.

“Skalanya masih sangat kecil. Bilamana didukung oleh mesin tambahan, kami mampu produksi 1.200 piece per hari,” sebut Wina, salah seorang pengurus UMKM yang bernaung di bawah BUMG Lampeunung.

Keuchik Amiruddin Idris mengatakan, dari sisi bisnis, pengolahan ampas kopi menjadi bahan bakar alternatif, sangat menjanjikan. Bila tidak ada aral melintang, tahun 2026 dia akan memanfaatkan dana desa untuk pengembangan produksi.

Amiruddin Idris juga mengajak siapa saja yang bersedia menyuntikkan investasi, pihaknya akan menyambut gembira.

“Hasil produksi ini kami tujukan untuk usaha yang serius, demi mewujudkan lapangan kerja yang menjanjikan,” katanya.

Kepala Seksi Bimbingan Kepatuhan dan Hubungan Masyarakat Bea Cukai Aceh, Muparrih, dalam kunjungannya ke industri pembuatan briket tersebut menyampaikan pihak Bea Cukai Aceh bersedia memberikan asistensi.

“Salah satu fungsi Bea Cukai adalah industrial assistance. Kami datang langsung untuk melihat, menggali potensi, serta mendorong UMKM agar dapat meningkatkan kapasitas produksi mereka. Briket dari kopi ini merupakan produk unik dan potensial untuk dikembangkan, terutama karena bahan baku ampas kopi yang melimpah di Aceh dan minimnya kompetitor di pasar,” ujar Muparrih.

Menurut hasil penelitian, emisi CO briket berbahan baku ampas kopi, sekam padi, dan tempurung berkisar 600-800 ppm. Sangat rendah bila dibandingkan batubara yang emisi CO-nya mencapai 2.000 ppm.

Secara umum, briket berbahan baku ampas kopi memiliki laju pembakaran yang lebih lambat, sehingga lebih hemat. Kemudian, nilai kalor dan laju pembakaran pada briket limbah ini diperkirakan mencapai 5420,59 kkal/kg dan 17,21g/menit.

Nilai kalor tersebut lebih tinggi dibanding arang kayu yang memiliki nilai kalor berkisar 5000 kkal/kg dan laju pembakarannya lebih rendah dibanding arang kayu yang memiliki laju pembakaran sebesar 33,3g/menit.

Menurut penelitian mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang telah menghasilkan produk dengan jenama WastBriq, ketika membakar 75 tusuk sate memakai arang kayu, dibutuhkan arang kayu sebanyak 2 kg untuk pembakaran selama satu jam. Sementara saat menggunakan produk limbah ampas kopi, tempurung kelapa, dan sekam padi hanya dibutuhkan kurang lebih 1 kg selama satu jam, bahkan dapat lebih cepat karena nilai kalornya yang lebih tinggi.

Intinya bricket dari ampas kopi memiliki nilai kalor tinggi, mudah terbakar, dan nyala apinya lebih lama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here