Deep Learning Memperkuat Merdeka Belajar: Apakah Pendidikan Indonesia Siap Berubah?

Dr. Muhammad Iqbal, S.Pd, M.A. Foto: Dok Pribadi. Deep Learning Memperkuat Merdeka Belajar: Apakah Pendidikan Indonesia Siap Berubah?
Dr. Muhammad Iqbal, S.Pd, M.A. Foto: Dok Pribadi.

Ketika Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim meluncurkan konsep Merdeka Belajar pada 11 Desember 2019, banyak yang menyambutnya sebagai angin segar pembaharuan pendidikan. 

Kini, empat tahun berselang, Mendikdasmen Abdul Mu’ti membuka babak baru dengan memperkenalkan konsep Deep Learning. Konsep yang dimaksud bukanlah teknologi kecerdasan buatan (AI) yang tengah populer, melainkan pendekatan pembelajaran yang justru menempatkan kecerdasan otak manusia di atas AI.

Inisiatif ini muncul di tengah kekhawatiran global akan dampak AI terhadap masa depan pendidikan, memberikan perspektif baru yang menarik untuk dikaji lebih dalam.

 Pertanyaannya: Bagaimana Deep Learning dapat memperkuat visi Merdeka Belajar?  Jawabannya terletak pada tiga pilar utama Deep Learning yang diperkenalkan Mendikdasmen: Mind Full, Mining Full, dan Joy Full. Ketiga pilar ini tidak hanya sejalan dengan semangat Merdeka Belajar, tetapi juga memperkaya implementasinya di era digital. Lebih dari sekadar konsep teoretis, ketiga pilar ini menawarkan kerangka praktis untuk mentransformasi cara kita memandang dan melaksanakan pendidikan di Indonesia.

Mind Full, pilar pertama Deep Learning menekankan pembelajaran yang melibatkan seluruh potensi otak. Ini sangat relevan dengan prinsip Merdeka Belajar yang mendorong siswa menjadi subjek aktif pembelajaran. Ketika AI unggul dalam memproses data, pembelajaran Mind Full justru mengasah kemampuan yang tidak dimiliki AI: kreativitas, empati, dan kebijaksanaan. 

Guru tidak lagi terpaku pada target kurikulum, tetapi memfasilitasi siswa mengembangkan pemikiran kritis dan pemahaman mendalam. Pendekatan ini mengakui bahwa setiap siswa memiliki cara berpikir unik dan mendorong pengembangan keterampilan metacognitive yang esensial untuk pembelajaran seumur hidup.

Mining Full, pilar kedua mengajarkan cara menambang pengetahuan dengan pendekatan manusiawi. Berbeda dengan AI yang mengandalkan algoritma, siswa diajak menggali makna dari pengalaman dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata. Ini sejalan dengan semangat Merdeka Belajar yang mendorong pembelajaran kontekstual. Siswa tidak sekadar mengumpulkan informasi, tetapi membangun pemahaman personal yang bermakna. 

Baca juga: Mendikdasmen Akan Tinjau Ulang Merdeka Belajar dan Sistem Zonasi

Proses ini melibatkan eksplorasi aktif, diskusi mendalam, dan refleksi kritis yang memungkinkan siswa menemukan hubungan antara berbagai konsep dan pengalaman hidup mereka.

 Joy Full, pilar ketiga menegaskan bahwa pembelajaran sejati harus melibatkan kegembiraan, ini aspek yang mustahil direplikasi AI. Konsep ini memperkuat visi Merdeka Belajar tentang pendidikan yang memerdekakan. Ketika siswa belajar dengan gembira, mereka mengembangkan motivasi intrinsik dan cinta belajar yang berkelanjutan. Joy Full bukan sekadar tentang membuat pembelajaran menyenangkan, tetapi menciptakan lingkungan di mana siswa merasa aman untuk mengambil risiko, membuat kesalahan, dan tumbuh dari pengalaman mereka.

Integrasi Deep Learning dan Merdeka Belajar membuka peluang transformasi pendidikan yang menarik. Pertama, fokus pembelajaran bergeser dari mengejar nilai ke pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Guru diberi kebebasan merancang pembelajaran yang mengasah kreativitas dan pemecahan masalah, bukan sekadar memenuhi target administratif. Pergeseran ini fundamental untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tidak dapat diprediksi.

Kedua, asesmen menjadi lebih holistik. Merdeka Belajar telah membuka jalan dengan  menghapus UN, dan Deep Learning memperkuatnya dengan penilaian yang memperhatikan proses berpikir, kemampuan menganalisis, dan kreativitas siswa.

Ini mendorong pembelajaran yang lebih bermakna dan mengurangi obsesi pada nilai numerik. Sistem penilaian baru ini mengakui bahwa kecerdasan manusia bersifat multidimensi dan tidak dapat direduksi menjadi sekadar angka.

Ketiga, peran guru berevolusi menjadi fasilitator pembelajaran mendalam. Mereka tidak lagi terbebani menjadi sumber informasi (peran yang kini bisa diambil AI) melainkan fokus membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Ini sejalan dengan semangat Merdeka Belajar yang memberikan otonomi kepada guru.

Transformasi peran ini memungkinkan guru untuk lebih fokus pada aspek-aspek pembelajaran yang membutuhkan sentuhan manusiawi, seperti pembimbingan personal dan pengembangan karakter.

Keempat, pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan relevan. Kombinasi Merdeka Belajar dan Deep Learning mendorong integrasi pengalaman nyata ke dalam pembelajaran. Siswa tidak sekadar belajar tentang konsep, tetapi mengalami dan memaknainya dalam konteks kehidupan mereka. Pendekatan ini membantu siswa memahami relevansi pembelajaran mereka dan memotivasi mereka untuk terus mengembangkan diri.

Kelima, pengembangan karakter dan nilai-nilai kemanusiaan mendapat perhatian lebih besar. Dalam era di mana AI semakin dominan, kemampuan untuk berempati, berkolaborasi, dan membuat keputusan etis menjadi semakin penting. Deep Learning memberikan ruang untuk mengembangkan aspek-aspek ini melalui pembelajaran yang mendalam dan bermakna.

Namun, implementasi ini juga menghadapi tantangan signifikan. Pertama, mindset. Banyak guru dan orang tua masih terpaku pada paradigma lama yang mengutamakan nilai dan ranking. Diperlukan edukasi berkelanjutan untuk mengubah cara pandang ini. Transformasi mindset membutuhkan waktu dan kesabaran, tetapi essential untuk kesuksesan implementasi.

Kedua, kesiapan guru. Mengajar dengan pendekatan Deep Learning membutuhkan pemahaman mendalam tentang proses berpikir dan pembelajaran. Program pengembangan profesional guru perlu disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan ini. Ini termasuk pelatihan tentang metode pembelajaran aktif, asesmen autentik, dan penggunaan teknologi secara bijak.

Ketiga, infrastruktur pendukung. Sekolah perlu dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung pembelajaran mendalam, dari perpustakaan hingga laboratorium. Tantangan ini khususnya signifikan di daerah terpencil. Pemerintah perlu mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk mengatasi kesenjangan infrastruktur ini.

Keempat, kesenjangan digital. Di era teknologi semakin terintegrasi dengan pembelajaran, akses yang tidak merata terhadap teknologi dapat memperlebar kesenjangan pendidikan. Strategi implementasi Deep Learning perlu mempertimbangkan realitas ini dan menyediakan solusi yang inklusif.

Meski demikian, tantangan ini tidak boleh menghalangi langkah transformasi. Era AI justru membuat pendekatan Deep Learning semakin relevan. Ketika mesin semakin pintar memproses informasi, kemampuan manusia untuk berpikir kritis, kreatif, dan bijaksana menjadi pembeda utama. Pendidikan harus fokus pada pengembangan kemampuan ini.

Integrasi Deep Learning ke dalam kerangka Merdeka Belajar bisa menjadi jawaban untuk mempersiapkan generasi masa depan. Bukan untuk berkompetisi dengan AI, melainkan untuk mengoptimalkan potensi kemanusiaan mereka. Siswa perlu dibekali bukan hanya dengan pengetahuan, tetapi juga dengan kemampuan berpikir mendalam, kreativitas, dan kebijaksanaan. 

Merdeka Belajar telah membuka jalan, dan Deep Learning memberikan arah yang jelas untuk mengoptimalkan potensi peserta didik di era digital. Kolaborasi dan sinergi antara berbagai pihak akan menjadi kunci kesuksesan implementasi.

Pada akhirnya, kombinasi Merdeka Belajar dan Deep Learning menegaskan bahwa masa depan pendidikan Indonesia bukan tentang mengejar teknologi, melainkan mengembangkan apa yang membuat kita manusia.

Inilah momentum untuk mentransformasi pendidikan Indonesia menjadi lebih bermakna, mendalam, dan memerdekakan. Dengan pendekatan yang tepat dan komitmen yang kuat, kita dapat membangun sistem pendidikan yang tidak hanya bertahan di era AI, tetapi justru berkembang pesat dengan memanfaatkan keunikan kecerdasan manusia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here