Dari Masjid Nabawi, PUTROE RSUDZA Juara Inovasi Nasional 2023

Ketua Inisiator dan Ketua tim inovasi PUTROE RSUDZA Dr. Dewi Behtri Yanifitri, Sp.P(K) saat mempresentasikan PUTROE melalui telekonferensi dari Masjid Nabawi, Madinah, KSA. Foto: Ho for Komparatif.ID.
Ketua Inisiator dan Ketua tim inovasi PUTROE RSUDZA Dr. Dewi Behtri Yanifitri, Sp.P(K) saat mempresentasikan PUTROE melalui telekonferensi dari Masjid Nabawi, Madinah, KSA. Foto: Ho for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) meraih prestasi tingkat nasional dalam ajang Open Innovation Faskes Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).

Setelah sebelumnya berhasil masuk 12 besar Indonesia untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjut (FKTRL), kini Inovasi PUTROE dari RSUDZA meraih posisi juara dua terbaik nasional.

Keberhasilan ini ditandai dengan kemenangan usai penilaian grand final yang digelar pada Kamis (21/12/023), yang melibatkan dewan juri dari Direksi BPJS, Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES), dan Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI).

Inisiator dan Ketua tim inovasi PUTROE Dr. Dewi Behtri Yanifitri, Sp.P(K) menjelaskan ide inovasi PUTROE muncul sebagai respons terhadap hambatan dalam pengawasan pasien selama pandemi COVID-19.

Inovasi layanan PUTROE (Pajoh Ubat Tiep Uroe/minum obat setiap hari) berupa layanan komunikasi via WhatsApp yang menghubungkan petugas dan seluruh pasien TBC RO RSUDZA.

Inovasi ini memudahkan pemantauan pasien untuk kepatuhan jadwal minum obat secara rutin tanpa harus datang ke rumah sakit. Tim TBC RO sekaligus dapat mengingatkan jadwal kontrol bulanan serta pemeriksaan dahak, darah dan jantung yang harus dilakukan setiap bulan ke rumah sakit.

Pembatasan kunjungan pasien ke rumah sakit membuat petugas kesehatan kesulitan memastikan pasien tuberkulosis (TBC) resisten minum obat secara teratur. Melalui layanan komunikasi via WhatsApp, PUTROE memungkinkan pemantauan pasien 24 jam tanpa keharusan datang ke rumah sakit. Selain itu, inovasi ini juga efektif sebagai sarana komunikasi antara petugas kesehatan dan pasien terkait efek samping obat.

Baca juga: RSUDZA Gelar Pelatihan Jurnalistik untuk Pegawai

Sebelum inovasi PUTROE diterapkan pada 2019 dan 2020, tingkat pasien TBC RSUDZA yang tidak melanjutkan pengobatan mencapai 15-16 persen. Namun Sejak tahun 2021, angka ini terus menurun menjadi 12 persen. Pada 2022 semakin mengecil menjadi enam persen.

Bahkan hingga akhir triwulan ketiga tahun 2023, jumlah pasien putus obat di poli TB Resisten Obat RSUDZA mencapai nol persen. Keberhasilan ini menjadi indikator penting yang dinilai oleh dewan juri dalam Open Innovation Faskes Tahun 2023.

“Saat itu petugas hanya bisa berkomunikasi via telepon dan WhatsApp dengan pasien, dan sesekali meminta pasien mengirimkan video bukti bahwa obat memang diminum. Sehingga terciptalah ide untuk menjadikan kegiatan minum obat terpantau via video call atau rekaman bukti obat ditelan sampai habis setiap hari,” ungkap dr Dewi, yang mempresentasikan inovasi PUTROE secara telekonferensi kepada dewan juri dari Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

Inovasi PUTROE bukan hanya sarana pemantauan, tetapi juga menjadi media komunikasi efektif antara petugas kesehatan dan pasien. Terutama saat pasien mengalami efek samping akibat minum obat, komunikasi melalui WhatsApp memungkinkan pelaporan segera.

Dengan adanya inovasi ini, tingkat kepatuhan minum obat dan kunjungan kontrol bulanan meningkat, sementara jumlah pasien drop out atau putus obat menurun secara signifikan

Selain memberikan manfaat langsung pada pasien, inovasi ini juga mendukung pemerintah dalam mencapai eliminasi TBC pada tahun 2030, dan mencegah penularan serta penyebaran kuman TBC resisten di masyarakat.

Direktur RSUDZA dr. Isra Firmansyah, SpA., PhD menyatakan komitmen rumah sakit untuk menjamin keberlangsungan Inovasi PUTROE. Rumah Sakit rujukan Aceh itu juga menerbitkan surat keputusan untuk membentuk Tim PUTROE Rumah Sakit Zainal Abidin.

Bahkan, Inovasi PUTROE sudah diakui dengan SK Gubernur sebagai salah satu inovasi di Aceh. Rencananya, inovasi ini akan dikembangkan menjadi aplikasi tersendiri bernama PUTROE, memungkinkan petugas terhubung langsung dengan sistem informasi tuberkulosis nasional.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here