Cut Nuraini Kuntilanak di Kampung Lhoknga

kuntilanak Cut Nuraini Kampung Lhoknga
Kuntilanak Cut Nuraini Kampung Lhoknga. Gambar dibuat oleh artificial intelligence.

Alkisah di Kampung Lhoknga, pada tahun 1975 hiduplah seorang perempuan teramat cantik bernama Cut Nuraini. Ia dipinang oleh seorang pemuda kaya dan kemudian membina rumah tangga di Kampung Lhoknga.

Lazimnya adat-istiadat di Aceh Rayek, seorang gadis yang dinikahi, tidak segera dibawa bersama suami, sampai melahirkan satu orang anak. Atau setidaknya, paling sedikit, mereka tinggal sementara waktu di rumah mempelai perempuan hingga satu tahun lamanya.

Tidak disebut hal-ihwal nama dan asal suami Cut Nuraini. Kemungkinan besar orang dari mukim berdekatan dengan Lhoknga.

Baca: Dulah Menikah Dengan Kuntilanak

Masa-masa bahagia mereka lalui bersama. Allah sangat cepat menganugerahi kehamilan kepada Cut Nuraini. Pasangan itu sangat gembira. Tak henti-hentinya mengucap syukur.

Malam itu pun tiba. Suaminya di tengah malam buta berlari ke rumah dukun beranak. Setelah empat jam berjuang, Cut Nuraini berhasil melahirkan putra pertama mereka. sayangnya, Cut meninggal dunia. Orang Aceh menyebutnya mate madeung.

Dari raut wajah jenazah, ia seperti belum ikhlas berpisah dengan orang-orang yang teramat ia cintai. Ada gurat kesedihan yang nyata di wajahnya.

Setelah proses penguburan, orang Kampung Lhoknga sibuk mempersiapkan acara tahlilan yang digelar setiap malam hingga malam ke 10.

Suatu malam, setelah 30 hari kematian sang wanita, seorang pemuda bernama Teuku Rizal melihat sosok perempuan berpakaian putih di dekat kuburan Cut Nuraini. Sosok itu memanggil namanya dan menghilang. Teuku Rizal merasa takut dan melaporkan kejadian tersebut kepada ulama setempat.

Ulama tersebut menjelaskan bahwa Cut Nuraini masih mencari anaknya yang hilang. Arwah itu tidak lagi menemukan putranya di rumah ibunya. Ia merasa kehilangan, dan mencari-cari sang bayi yang teramat ia cintai.

Mendengar cerita itu, Teuku Rizal jatuh iba. Ia tidak lagi takut sedikitpun. Ia seperti diminta bantu oleh sang kuntilanak, supaya mencari anaknya yang hilang.

Teuku Rizal memutuskan untuk mencari anak tersebut. Setelah beberapa hari mencari, ia menemukan bayi laki-laki di dekat kuburan. Bayi itu ternyata anak Cut Nuraini.

Teuku Rizal membawa bayi tersebut ke ulama dan meminta bantuan untuk menyelamatkan arwah Cut Nuraini. Mereka melakukan ritual untuk membebaskan arwah Cut Nuraini dari kesedihannya. Setelah ritual selesai, sosok kuntilanak tidak pernah terlihat lagi di Kampung Lhoknga.

Catatan redaksi: Cerita ini merupakan fiksi berdasarkan latar belakang budaya dan sejarah Aceh. Namun, cerita serupa sering terdengar dalam tradisi lisan masyarakat Aceh.

Sumber terkait: Legenda dan Mitos dari Aceh, oleh Prof. Dr. H. M. Zainuddin.Cerita Rakyat Aceh, oleh Abdullah Arif. Budaya dan Tradisi Aceh, oleh Dr. T. Ibrahim Alfian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here