Bireuen, Daerah Merah Rumah Bandar Narkoba

Bireuen rumah bandar narkoba, PNS Bireuen Bireuen tidak pernah jadi ibukota republik indonesia
Suasana pagi di alun-alun Kota Bireuen, Kamis (9/8/2023). Foto: Komparatif.id/Muhajir Juli.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Bireuen masuk list daerah merah rumah bandar narkoba di Aceh. Di antara 23 kabupaten/kota, Bireuen merupakan daerah paling ramai didiami oleh bandar narkoba  di Aceh.

Seorang sumber di lingkungan pemberantasan tindak pidana narkotika, Senin (14/8/2023) menyebutkan, selama ini publik di Aceh terkecoh. Seakan-akan Idi, Aceh Timur, sebagai rumah bandar narkoba antar provinsi dan antar negara.

Padahal Idi hanya tempat transit karena di sana terdapat banyak pelabuhan tikus tempat barang haram itu didaratkan. Sedangkan daerah yang dipilih sebagai rumah bandar narkoba yaitu Bireuen. Kabupaten kosmopolit yang warganya tidak begitu fokus pada orang lain.

Baca: Nyonya N Bandar Sabu Asal Bireuen Ditangkap di Medan

“Mereka memanfaatkan perilaku warga Bireuen yang tidak julid. Sikap open warga dimanfaatkan dengan baik menjadikan Bireuen sebagai rumah bandar narkoba,” kata sumber tersebut.

Sumber tersebut mengatakan, sudah beberapa tahun para bandar berhasil masuk dalam pergaulan sosial dan politik di Bireuen, berbekal dengan uang yang sangat banyak. Mereka membayar mahal setiap relasi yang dibangun. Modalnya hanya uang dan loyalitas dari anak buah yang ikut terjun ke dalam pergaulan sosial.

Bila bandar laki-laki masuk ke komunitas elit lokal di bidang politik, bandar perempuan masuk ke dalam group sosialita istri-istri para pejabat dan elit lokal yang gemar berkumpul sembari memamerkan barang-barang branded yang dibeli di luar negeri ketika berlibur ke Eropa, Cina, Turki, Jepang, dan lain-lain.

“Tipikal istri-istri pejabat  dan elit politik yang kaya itu gemar flexing. Mereka membentuk jejaring sosialita. Ruang itu dimanfaatkan oleh bandar narkoba wanita. Mereka belanja barang-barang branded yang lebih bagus dari koleksinya istri para elit Bireuen. Itu cara mereka supaya dapat diterima di dalam komunitas hedon tersebut,” sebutnya.

Sumber tersebut menyebutkan beberapa nama dan lokasi tempat tinggal bandar narkoba. di Bireuen, para bandar menyebar di seluruh kecamatan. Tapi tempat paling banyak berpusat di Kota Juang.

Kehadiran mereka sangat mudah ditandai. Hidup glamour dan pekerjaan tidak jelas. Bilapun ada usaha yang dapat dilihat berdagang kelontong, usaha doorsmeer, showroom mobil bekas,  dan SPBU. “Ciri khasnya, tiba-tiba kaya, tapi asal-usul bisnisnya tidak jelas.”

Sumber itu menyebutkan, para bandar sabu sangat sulit menyembunyikan hartanya yang berlimpah. Karena mereka terjun ke dunia gelap tersebut, kebanyakan karena faktor kemiskinan dan tidak dianggap ada oleh masyarakat tempat di mana mereka lahir dan tumbuh.

Aksi pamer harta dan hidup mewah, merupakan bentuk “balas dendam” supaya mendapatkan perhatian dan pengakuan.

Dengan sistem sosial Bireuen yang makin renggang akibat perubahan perilaku, para bandar dan jaringannya sangat mudah diterima di kalangan yang mereka target. Hubungannya seperti simbiosis mutualisme. Kelas elit menengah dan politisi muda mereka bujuk dengan uang. Demikian juga anak-anak muda yang ingin punya uang tapi tak punya pekerjaan pasti, dan berstatus “tokoh mengambang” juga menerima para bandar sebagai bagian dari jejaring perkawanan.

“Mereka ada yang sudah berada di dalam partai politik. Diberikan jabatan bagus oleh para politisi yang kekurangan uang,” sebut sumber tersebut.

Mereka juga berhasil mendekat kalangan agamawan. Bahkan beberapa waktu lalu, pernah sangat diberikan ruang di dalam sebuah partai politik berbasis religi. Tapi kemudian cepat-cepat dipecat setelah ditangkap di Aceh Timur.

Menurut sumber tersebut, para pemain yang menjadikan Bireuen sebagai rumah bandar narkoba, telah diketahui oleh semua kalangan, termasuk terendus oleh aparat negara. Tapi ia tidak bersedia menjawab mengapa mereka tidak ditangkap.

Trend terbaru, Bireuen juga sedang ramai-ramainya toke tramadol pulang kampung. Karena Bireuen nyaman menjadi rumah bandar narkoba, sehingga mereka turut ambil bagian dalam sistem sosial, dengan menjadi Robin Hood. Tampil di ruang publik sebagai penderma, donatur event olah raga, dan aktivias sosial keagamaan.

Baca: Warga Bogor Tolak Perantau Aceh Penjual Tramadol

Seperti juga bandar sabu-sabu, toke-toke tramadol juga sedang mencoba peruntungan ke dalam dunia politik. Tahun 2024, mereka mendukung sejumlah caleg yang maju dalam pemilihan legislatif.

5 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here