Bicara di Tampere University Finland, Guru Sukma Bahas Climate Change

Sarlivanti, guru Sukma Bangsa Lhokseumawe yang berkesempatan menjadi pembicara di Tampere University, Finlandia. Foto: ist.
Sarlivanti, guru Sukma Bangsa Lhokseumawe yang berkesempatan menjadi pembicara di Tampere University, Finlandia. Foto: ist.

Komparatif.ID, Helsinki—Sarlivanti, guru yang mengajar di Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe mendapatkan kesempatan emas bicara di Universitas Tampere, Finlandia. Di sana dia membahas berbagai hal tentang Sukma yang melewati beberapa periode krisis. Sarli juga menyampaikan isu perubahan iklim.

Informasi yang diterima Komparatif.id, Jumat (27/5/2022) Sarlivanti diundang ke Tampere untuk menghadiri sekaligus menjadi salah satu pembicara pada kegiatan “Curriculum development for Climate Change Education” yang diselenggarakan atas kerja sama Faculty of Education and Culture, Tampere University, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dan Sekolah Sukma Bangsa. Kegiatan tersebut diikuti oleh Sarlivanti mulai 8 sampai 14 Mei 2022.

Di forum tersebut Sarlivanti mempresentasikan tentang lesson learned from crisis. “Saya menyampaikan perjuangan Sekolah Sukma melewati beragam krisis, dimulai dari krisis konflik dan bencana yang menjadi cikal bakal lahirnya Sekolah Sukma Bangsa di Indonesia. Kemudian krisis di masa pandemi covid-19, dan climate crisis,” sebut Sarlivanti.

Isu tentang perubahan iklim menjadi topik utama yang dipresentasikan. Sarlivanti menjelaskan Sekolah Sukma Bangsa sangat concern terhadap isu lingkungan, menjadikannya sebagai sebuah budaya sekolah untuk menjadi sebuah habituasi atau perubahan perilaku berbasis lingkungan.

Dalam penerapan di sekolah, Sekolah Sukma membentuk tim Green School Project, kemudian mengintegrasikannya dalam proses pembelajaran dengan menerapkan beragam model pembelajaran untuk membentuk pemahaman pentingnya mengantisipasi dampak dari perubahan iklim.

“Dari skema yang dilakukan Sukma, kita berharap mampu mengubah persepsi warga sekolah bahwa menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab bersama” ucap Sarli, mengulang apa yang dia sampaikan di depan forum.

Agenda lain selama di Finlandia adalah kunjungan ke Tampere University Lab School. Dalam pertemuan tersebut, kepsek di sana menjelaskan mekanisme pengelolaan sekolah dan diikuti dengan wisata kelas.

Konsep kelas yang moving class memberikan kenyamanan tersendiri bagi anak-anak di sana. Kelas yang paling menarik adalah home economic class, di kelas ini siswa belajar memasak dan mempersiapkan serta menyajikan makanan, belajar housekeeping, belajar menyuci dan menyetrika. Di kelas siswa benar-benar dilatih untuk mandiri dalam hidupnya.

Sekolah berikutnya yang dikunjungi adalah Nature School, lembaga pendidikan yang mengelaborasikan alam dalam pembelajaran, dari alam siswa belajar beragam ilmu pengetahuan.

Terakhir, Sarlivanti mengikuti workshop dari para pakar di Tampere University terkait Self Cultivation, Ecosocial, Narrative Curriculum, dan Climate Change on Education. Dalam workshop tersebut, para pakar memberikan gambaran nyata pentingnya mengintegrasikan isu perubahan iklim dalam proses pembelajaran.

Siswa harus dididik untuk mengubah perilaku berbudaya lingkungan, sehingga menjadi pribadi yang memiliki rasa peduli dan peka terhadap lingkungan, dan hal ini menjadi bagian dari upaya pencegahan bencana akibat perubahan iklim.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here