Komparatif.ID, Batam—Pemerintah Kota Batam tidak boleh lengah, karena Singapura tidak pernah berhenti memantau perkembangan pulau yang berada di dalam Kawasan Khusus Perdagangan Bebas Batam–Bintan–Karimun (BBK).
Hal tersebut dijelaskan oleh Walikota Batam H. Muhammad Rudi, melalui Staf Ahli Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Demi Hasfinul Nasution, Jumat (28/10/2022) saat menerima silaturahmi Pj Bupati Aceh Utara Azwardi Abdullah, berkolaborasi bersama Pimpinan dan Banggar DPRK Aceh Utara, yang sedang mempelajari bagaimana daerah tersebut mendapatkan PAD hingga triliunan.
Baca juga: Terkena Banjir, Petani Aceh Utara Dapat Bantuan Benih dan Asuransi
Demi Hasfinul menjelaskan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, sejak 2011 terus meningkat. Pada tahun 2019 PAD Batam mencapai Rp1,154 triliun. Capaian tersebut sempat turun menjadi Rp958 miliar pada tahun 2020 karena pandemic Covid-19.
Akan tetapi pada tahun 2021, Pemerintah kembali berhasil menaikkan realisasi PAD menjadi Rp1,094 triliun. Target PAD tahun 2022 Rp1,602 triliun. Hingga 29 September 2022, realisasi yang sudah masuk ke kas daerah Rp925,480 miliar.
Demi Nasfinul pada pertemuan di ruang rapat Hang Hadim, menyebutkan meskipun belum semaju Singapura, tapi para pelaku pemerintahan di negara pulau itu, selalu memantau perkembangan Batam yang secara posisi bersisian langsung dengan negara tersebut.
“Posisi kami sama seperti Singapura. Berada di Selat Malaka yang sangar sibuk dengan laluan kapal-kapal besar. Selat Malaka sangat penting sehingga Singapura, Malaysia dan Srilangka menaruh perhatian khusus. Bahkan penyebab krisis Srilangka karena mereka salah hitung dalam pembangunan kawasan demi memanfaatkan peluang ekonomi di jalur Selat Malaka,” terang Hasfinul Nasution.
Batam dibangun oleh Pemerintah Pusat dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi Selat Malaka. Seperti alih kapal (transhipment), industri, perdagangan, dan pariwisata. Saat ini sektor pariwisata telah menyumbang banyak PAD untuk daerah itu.
Pariwisata telah meningkatkan penerimaan pajak dari hotel, restoran, hiburan, reklame, parkir, dan sumber lainnya.
“Hingga September 2022 jumlah pajak hotel yang sudah masuk ke kas daerah Rp58,051 miliar. Pajak restoran Rp68, 578 miliar. Pajak hiburan 17, 186 miliar, dan pajak parkir Rp6, 293 miliar, pajak reklame Rp6.308 miliar,” terang Hasfinul.
Tapi untuk transhipment, masih harus bekerja keras. “Hampir 2/3 barang impor yang masuk ke Indonesia sampai sekarang singgah terlebih dahulu ke Singapura. Baru kemudian masuk ke Indonesia. Kami di sini masih penasaran, ada apa di sana?” kata Hasfinul sembari terkekeh.
Saat ini yang sedang menjadi fokus utama Pemerintah Kota Batam yaitu pembangunan infrastruktur, relaksasi pajak, dan peningkatan kualitas layanan.
Pemerintah Kota Batam memiliki dua kali lipat energi untuk pembangunan daerah karena Walikota Batam ex officio Kepala BP Batam.
Berkah penyatuan jabatan tersebut sangat dirasakan ketika Covid-19 melanda. Industri di Batam tetap hidup, kekuatan sentrifugal memainkan peranan penting pada saat darurat ekonomi dan kesehatan tersebut.
Hal ini dapat dinilai dari pertumbuhan ekonomi, meskipun sempat terkontraksi minus 2,4 pada tahun 2020, tapi segera baik kembali pada 2021 yang bertumbuh hingga 4,75. Proyeksi Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Batam pada 2022 mencapai 5,5.
Hasfinul juga menjelaskan, sebagai kota jasa, Batam sangat bergantung pada tatanan ekonomi luar negeri. Bila Kepri mengalami kesulitan ekonomi, dampaknya tidak akan dirasakan oleh daerah tersebut. Tapi kalau dunia yang mengalami kondisi buruk, maka daerah otonom itu akan terdampak.
“Ini yang menjadi perhatian kami. Karena Presiden Jokowi dan Menteri Keungan Sri Mulyani sudah mewanti-wanti bahwa tahun 2023 dunia terancam resesi. Kami di sini harus bersiap,” kata Hasfinul.
Saat ini Pemko terus membangun sektor pariwisata dan transhipment (jasa Pelabuhan) sebagai jalan baru lumbung ekonomi.
Menuju target yang ditetapkan, Bandara Udara Internasional Hang Nadim telah dilepaskan kepada konsorsium, dengan target kunjungan wisatawan per tahun mencapai 45 juta orang. Salah satu penerbangan langsung internasional yang akan dibuka adalah jalur Batam-Incheon (Korsel).
Saat ini jasa Pelabuhan di membawa 500 ribu kontainer. Bila dibandingkan dengan Singapura, jumlah tersebut masih sangat sedikit. Dengan program baru yang sedang dilakukan, target kontainer yang masuk ke sana mencapai 5 jutaan pertahun.
“Pelabuhan Batu Ampar akan dikembangkan dengan fasilitas lebih baik untuk memenuhi syarat menjadi Pelabuhan internasional yang melayani jasa transhipment,” sebutnya.
Hal lainnya yang harus dilakukan oleh pemerintah yaitu melobi Pusat agar memberikan keringanan pajak kepada pengusaha yang masuk ke Batam.
Batam Bisa, Aceh Utara Juga Berpotensi
Pj Bupati Aceh Utara Azwardi Abdullah dalam pengantarnya menyebutkan Aceh Utara pernah menjadi pusat ekonomi yaitu saat migas masih jaya di Bumi Pasee.
Sejak ladang gas Arun ditemukan dan menjadi yang terbesar di Indonesia kala itu, Kota Lhokseumawe yang menjadi ibukota Aceh Utara berdenyut 24 jam.
Akan tetapi kemajuan sektor ekstraktif tersebut tidak diikuti oleh pembangunan sumber daya manusia dan sumber ekonomi sektor pariwisata dan jasa pelabuhan. Sehingga setelah ekstraktif habis, maka Aceh Utara menjadi sepi.
Saat ini di Aceh Utara telah berdiri Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun. Di sana telah dibangun pelabuhan standar internasional.
Dari sisi pariwisata, Aceh Utara memiliki pemandangan alam baik pantai maupun pegunungan yang sangat menarik. Juga terdapat wisata heritage dan religius tinggalan Kesultanan Islam Samudera Pasee.
“Mudah-mudahan kehadiran kami ke sini dapat menimba banyak pengetahuan baru demi kemajuan Aceh Utara. Di sana kami terus membangun kolaborasi antara eksekutif dan legislatif yang insyaallah dengan kolaborasi tersebut semoga Aceh Utara semakin mampu bergegas menjadi daerah penting di Aceh.”