Politik Identitas & Berita Hoaks Berpotensi Pengaruhi Pemilu 2024

politik identitas dan penyebaran berita hoaks, Panwaslih Kota Lhokseumawe menggelar konsolidasi rapat internal di Hotel Diana, Jumat, (11/8/2023). Foto: Ho for Komparatif.ID.
Panwaslih Kota Lhokseumawe menggelar konsolidasi rapat internal di Hotel Diana, Jumat, (11/8/2023). Foto: Ho for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Lhokseumawe— Fenomena politik identitas dan penyerbaran berita hoaks menjadi sorotan yang cukup mendalam dalam persiapan menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang akan datang.

Peneliti politik Taufik Abdullah dari Universitas Malikussaleh mengungkapkan bahwa hal tersebut memiliki potensi untuk mempengaruhi tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga pada tingkat lokal dan komunitas masyarakat akar rumput.

Dalam acara konsolidasi rapat internal Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslih) Kota Lhokseumawe pada Jumat, (11/8/2023) di Hotel Diana, Taufik mengungkapkan bahwa persoalan-persoalan identitas sosial dapat dimanfaatkan sebagai muatan politik identitas.

Strategi politik ini cenderung memiliki biaya murah, dan dalam kondisi minim literasi pemilu serta pemilih yang lebih cenderung pada identitas primordialistik, strategi ini menjadi lebih mudah dilakukan.

Identitas berbasis etnisitas, suku, budaya, agama, dan faktor-faktor sosial kultural lainnya dapat dengan mudah dimanipulasi dan dibenturkan satu sama lain. Hasilnya, berita-berita hoaks dapat muncul dan menyebar melalui berbagai platform media sosial.

Taufik juga menekankan bahwa fenomena politik identitas dan penyebaran berita hoaks terkait erat satu sama lain. Kapitalisasi politik identitas menjadi alat yang ampuh karena biaya murah, dan ketika dipadukan dengan penyebaran berita hoaks, hal ini dapat menciptakan dampak yang signifikan pada opini publik.

Menurut pengamatannya, hampir semua kabupaten dan kota di tingkat lokal memiliki potensi untuk mengalami kampanye berbasis politik identitas. Identitas wilayah atau daerah pemilihan cenderung mengarah pada pembentukan kelompok yang memiliki identitas territorial yang kuat. Hal ini cenderung bertransformasi menjadi komunitas-komunitas kultural yang lebih fokus pada identitas sendiri dengan semangat yang egosentrik, heroik, dan superioritas terhadap kelompok lain.

Baca juga: 288 Pelamar Lulus Seleksi Administrasi Panwaslih Zona 3 Aceh

Namun, Taufik mengingatkan bahwa jika elit partai politik atau calon peserta pemilu, relawan, dan pendukung mereka menggunakan agitasi berbasis rasisme atau mobilisasi entitas secara radikal dan ekstrim, hal ini dapat merusak integritas pemilu.

Waspada Berita Hoaks

Ketua Panwaslih Kota Lhokseumawe, Teuku Zulkarnain, menambahkan bahwa elemen pengawas pemilu harus lebih peka terhadap potensi pelanggaran yang berkaitan dengan politik identitas. Deteksi dini dan pencegahan perlu dilakukan agar potensi pelanggaran tersebut tidak mengancam keberlangsungan pemilu dan stabilitas masyarakat.

Kendati demikian, Teuku Zulkarnain yang tidak lolos dalam tahapan seleksi untuk periode berikutnya tetap optimistis bahwa tugas yang telah dibangun sebelumnya akan diteruskan oleh para penggantinya.

“Biarpun saya tidak lagi mengemban tugas pada periode mendatang, saya harap saudara tidak jumawa, lakukan pemetaan terhadap potensi pelanggaran pemilu yang dapat merusak,” ujarnya

Narasumber lainnya, Sofhia Annisa, Komisioner Panwaslih Lhokseumawe yang juga tidak berhasil masuk nominasi, mengatakan pentingnya peningkatan literasi pemilu bagi para pengawas pemilu. Dengan meningkatkan kualitas pencegahan dan pengawasan pemilu secara inovatif, diharapkan Pemilu di Kota Lhokseumawe dapat berjalan dengan aman, damai, tertib, dan jujur.

Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, langkah-langkah pencegahan dan pengawasan yang tepat akan menjadi kunci untuk menjaga integritas Pemilu 2024 serta mengurangi dampak negatif dari politik identitas dan penyebaran berita hoaks dalam proses demokrasi yang sedang berlangsung.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here