Durian Bantal Emas dari lembah Gunung Kuali, Aceh Jaya, mengantarkan pemiliknya sebagai kampiun pada Festival dan Lomba Durian Aceh Jaya, yang digelar oleh Durian Traveller Indonesia. Aswadi (34) pun mendulang “durian runtuh” berupa hadiah Rp10 juta.
Festival Durian Aceh Jaya, bukan ujug-ujug digelar. Dua tahun lalu tim Durian Traveller sudah melakukan penelitian di Aceh Jaya dan Aceh Besar. Mereka menemukan keunikan durian di dua kabupaten yang dulunya masih satu wilayah. Ada yang buahnya besar mirip durian Thailand, tapi citarasanya sangat beda.
Juga ada varietas mie eh (kucing tidur) yang sangat enak.
Kemudian, budidaya durian di dua daerah tersebut juga sudah tidak lagi tradisional.Durian Traveller pun menyelenggarakan festival dengan tujuan menemukan raja di atas raja durian di sana.
Festival dan lomba Durian Aceh Jaya digelar di tepi Pantai Pasie Luah, Calang, Kecamatan Krueng Sabee. Ini adalah kegiatan kedua Durian Traveller, karena tahun lalu mereka juga menggelar pelatihan untuk petani durian Aceh.
Ketua Panitia Festival dan Lomba Durian, Alif, Senin (18/7/2022) mengatakan kegiatan tersebut berlangsung sejak Sabtu (16/7/2022) hingga Senin.
Sejak pendaftaran lomba dibuka, ada 25 varietas durian yang didaftarkan oleh pembudidaya dari Aceh Jaya dan Aceh Besar.
Berkat festival tersebut, Durian Traveller menemukan 13 kandidat durian yang pantas bersaing di tingkat internasional. Baik dari pola budidaya modern, maupun yang ditanam dan dirawat secara tradisional.
Dari hasil seleksi panitia, berhasil mendapatkan lima besar yang paling unggul. Setelah dinilai dengan seksama, juara pertama dimenangkan durian Bantal Emas milik Aswadi (34), petani muda yang berasal dari Rigaih, Kecamatan Setia Bakti.
Di tempat kedua nangkring varietas Durian Keubeu dan Durian Jaloe dari Panga. Tempat keempat dan kelima yaitu varietas Teuku Umar dan Blue Sky. Dua terakhir merupakan durian dari lembah Gunung Kuali,sama seperti Bantal Emas.
Bantal Emas Durian Warisan
Aswadi—akrab disapa Bang Adi oleh yang lebih muda—mengenal durian sejak kecil. Ayah dan ibunya dulu membuka kebun durian di lembah Gunung Kuali. Dengan penuh cinta mereka merawat setiap batang pohon yang semenjak dulu menjadi tetumbuhan primadona.
Lembah Gunung Kuali merupakan Kawasan yang sangat bagus untuk durian. Dari tanah itu, buah berduri terbaik Aceh Jaya dihasilkan.
Sejak orangtuanya tiada, Adi melanjutkan merawat kebun durian. Ia mewarisi dari kedua orangtuanya.
“Semua bermula 30 tahun lalu. Kala itu ayah dan ibu membuka kebun durian di lembah Gunung Kuali. Saat itu usia saya baru sembilan tahun. Sempat menyaksikan kerja keras mak dan ayah menanam dan merawat durian,” katanya mengenang.
Perihal Bantal Emas, bukan nama awal mula. Sebutan itu muncul setahun lalu, ketika Adi mengikuti pelatihan untuk petani durian.
Seorang peserta memberikan nama untuk durian bundar, berduri tajam, dan berdaging kuning menyala dan tebal milik Adi.
Daging durian tersebut benar-benar tebal dan legit. Nama tersebut digunakan oleh Adi sebagai “trade mark” durian dari beberapa batang di kebunnya.
Bantal Emas kini telah menjadi kampiun di Festival dan Lomba Durian Aceh Jaya. Dapatkah Adi mem-branding “buah istimewa” itu sehingga dicari oleh penyuka durian kelas wahid? Setidaknya Adi telah menapaki tangga kelima—sebagai juara—bila ia rajin dan telaten, kemasyuran Bantal Emas hanya menunggu waktu.