Bahaya Laten Rokok untuk Generasi Emas Aceh

dr. Hulaimi bahaya laten rokok
dr. Hulaimi

“Apa yang kau cari wahai pecandu rokok? Adakah sigaret memberikanmu kebahagiaan? Ataukah sekadar fatamorgana yang kau dapat?”

Sebelum melakukan survei ringan, saya menyakini merokok usia remaja dapat ditemukan di mana saja. Mereka ada di warung kopi, di lapangan olahraga, di sekolah bahkan di tempat pengajian.

Dugaan saya benar. Remaja pengisap sigaret dapat ditemukan di mana saja. Jumlah anak-anak yang merokok di Aceh semakin meningkat. Mereka yang rentang usia 10-18 tahun, semakin banyak yang merokok.

Dunia remaja memang penuh dengan hal-hal yang tidak terduga. Kaum yang akalnya belum penuh 100 persen itu, seringkali terjerat dengan istilah-istilah yang terdengar keren tapi sejatinya tipuan.

Para remaja membuat istilah bahwa bila tidak merokok sama dengan tidak keren. Para coker (cowok keren) adalah ianya yang menjadi pecandu sigaret. Mereka abai terhadap efek sampingnya, baik di masa kini maupun di masa depan. Baik dari sisi aspek ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.

Baca: 1 dari 4 Pria di Banda Aceh Perokok

Rokok yang diisap oleh remaja tidak akan langsung memberikan efek negatif. Karena usia remaja masih memiliki daya tahan tubuh luar biasa. Umumnya tubuh remaja masih bisa melawan serangan radikal bebas yang dibawa masuk—dengan sukarela—melalui asap rokok yang diisap.

Pemeriksaan biasa untuk melihat fungsi paru pada remaja penikmat tembakau yang disulut api, juga tidak menunjukkan penurunan kapasitas paru. Paru-paru mereka terlihat baik-baik saja.

Akan tetapi, ada satu pemeriksaan yang kini dapat dilakukan pada perokok yang tidak bergejala untuk menunjukkan tingkat paparan asap dalam saluran napas. Pemeriksaan itu bernama smokeanalyzer adalah pemeriksaan kadar karbon monoksida (CO) saluran napas untuk mendeteksi adanya peningkatan kadar CO darah.

Seharusnya hemoglobin mengikat oksigen dan mengantarkan oksigen ke seluruh sel tubuh, namun jika kadar CO tinggi, maka hemoglobin (Hb) akan lebih mudah terikat dengan CO (HbCO) dibandingkan dengan kemampuan Hb berikatan dengan oksigen. Alat Smokeanalyzer dapat mendeteksi persentase kadar CO yang terikat dengan Hb.

Perokok aktif akan kekurangan oksigen pada sel tubuhnya, karena oksigen yang diantarkan oleh Hb tidak dapat memenuhi kebutuhan sel tubuh. Keadaan yang terus menerus dan berlanjut akan berakibat stres oksidatif di tingkat sel. Sehingga mengakibatkan kerusakan organ. Hal inilah yang mengakibatkan gangguan kesehatan pada perokok. Tentu gejala ini tidak serta merta terjadi langsung setelah merokok, perlu waktu bertahun-tahun untuk jatuh pada kedaaan dimana tubuh lelah melawan racun akibat rokok.

Bahaya Laten Rokok

Terlepas bahwa kontrol ada di rumah masing-masing, tetapi ada keharusan bahwa lingkungan juga punya hak kontrol terhadap sesama. Sebagai dokter, saya mengambil peran ini menggunakan ruang media massa.

Remaja kita perlu diberitahu bahaya laten sigaret yang diisap. Bukan semata dari sudut pandang ekonomi, tapi juga dari sisi kesehatan di masa depan.

Tatkala usia mereka 40 tahun, ketika itu karir sedang bagus-bagusnya. Rerata sudah menikah dan memiliki anak. Tapi seringkali pada usia 40 tahun, para pengisap sigaret ambruk. Mereka diserang penyakit seperti serangan jantung, stroke, dan penyakit paru obstrukstif kroinik.

Bila penyakit tersebut sudah menyerang, barulah timbul sesal. Barulah timbul kesadaran bila benda silinder yang diisap itu hanya menghadirkan malapetaka untuk kehidupan manusia. Barulah menyadari bila semua semua hal yang dulunya keren, ternyata hanya kepalsuan. Tapi bila waktu tersebut tiba, semuanya telah terlambat. Si perokok hanya bisa menyesali, keluarga sebatas meratapi.

Pada Minggu, 5 Mei 2024,saya dan teman-teman yang sedang melakukan kampanye Hari Asma Dunia, melakukan pemeriksaan kadar CO kepada para pengunjung lapangan Blang Padang,Banda Aceh.

Pemeriksaan itu menargetkan anak muda atau remaja yang sedang merokok. Kami menawarkan pemeriksaan, dan mereka bersedia.

Saya dan tim kaget, salah satu anak yang baru selesai melakukan olahraga, ternyata kadar CO-nya tinggi. Awalnya kami kira alat tes rusak, sehingga dilakukan pemeriksaan beberapa kali. Hasilnya tetap sama. Sungguh miris. Dari hasil tanya jawab, ternyata anak tersebut sudah merokok di saat kelas 1 SMP,

Tentunya ini akan menjadi masalah bagi Aceh dan Indonesia, yang telah menargetkan mencapai “Generasi Emas” pada 2045. Karena pada tahun tersebut diperkirakan akan menjadi puncak bonus demografi bangsa ini. Bonus demografi adalah kondisi di mana proporsi penduduk usia produktif lebih banyak daripada yang nonproduktif.

Lalu apa artinya bonus demografi, bila para pemuda kita di masa itu dalam kondisi sakit-sakitan? Mereka akan menjadi beban pembangunan. Tidak bisa menjadi tenaga inti penggerak kemajuan.

Sudah saatnya berhenti masa bodoh. Orangtua di rumah, tetangga, dan warga lingkungan, serta siapa saja yang ada di luar rumah, kita harus bergerak bersama. Kita harus mengabaikan mata rantai ekonomi bisnis sigaret yang menjalar hingga ke kampung-kampung. Kita harus peduli bahwa bahaya laten industri tembakau di masa depan.

Kita tidak bisa melarang orang dewasa merokok, apalagi yang sudah terpapar nikotin sejak remaja. Tapi kita bisa menyelamatkan calon-calon orang hebat di tahun 2045.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here