Atlet Catur Aceh Dipilih Tanpa Seleksi, Percasi Daerah Protes

Atlet catur Aceh
Penetapan 4 atlet catur Aceh untuk PON XXI/2024 Aceh-Sumut, tidak melalui seleksi. Pengprov Percasi Aceh menentukan atlet melalui database. Mereka yang dipilih tidak dapat berbuat banyak. Foto: Pixabay.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Penentuan atlet catur Aceh yang akan berlaga di PON XXI/2024 Aceh-Sumut, disinyalir seperti penentuan atlet Somalia untuk lomba lari 100 meter putri pada ajang World University Games 2023 di Chengdu, Cina. Atlet yang ditunjuk Federasi Atletik Somalia tidak mampu berlari, karena bukan atlet asli.

Nasra Abukar (20) yang dikirim mewakili Somalia merupakan keponakan Presiden Federasi Atletik Somalia Khadija Aden Dahir. Saat lomba, Nasra Abukar lari seperti kura-kura melawan kelinci. Ia tertinggal jauh. Dunia menertawakan Somalia. Seluruh rakyat menuai malu.

Gelombang protes datang dari sejumlah pengurus cabang catur di Aceh. Percasi Bireuen, Sabang, Aceh Selatan, dan Aceh Tenggara, secara serentak mengirimkan pernyataan kekecewaan melalui Komparatif.ID, Jumat (4/8/2023). Mereka mempersoalkan penentuan atlet catur Aceh yang mewakili Serambi Mekkah untuk PON XXI/2024 Aceh-Sumut, tidak melalui seleksi.

Baca: Lari Seperti Kura-kura, Nasra Abukar Sukses Permalukan Somalia

Seluruh atlet catur Aceh yang dipilih oleh Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Provinsi Aceh, ditetapkan melalui penunjukan langsung.

Ketua Percasi Kota Sabang Harjuna mengatakan empat atlet yang ditetapkan oleh Pengprov Percasi Aceh untuk PON XXI/2024 Aceh Sumut, bukanlah atlet berpretasi. Dalam beberapa ujicoba, mereka tampil mengecewakan. Dengan kekuatan seperti itu, target 1 medali emas pada PON mendatang menjadi utopis semata.

Harjuna menjelaskan, protes pihaknya terhadap penetapan atlet tak berprestasi sebagai wakil Serambi Mekkah di PON XXI/2024, bukan karena kecemburuan. Sebab atlet berprestasi Sabang Chairil Nardi pernah mendapatkan iming-iming dari Pengprov Percasi Aceh akan dimasukkan ke dalam tim pelatda. Namun Pengkab Sabang menolak, bersebab tidak melalui seleksi.

Harjuna Ishak menyebutkan, bila target utama Percasi Aceh adalah mencapai prestasi tertinggi, maka perlu melihat dan meniru cara Jawa Barat yang merupakan juara umum cabang olahraga catur pada PON XX/2021 Papua. Mereka menggelar tiga kali seleksi atlet.Upaya yang dilakukan oleh Jawa Barat merupakan bentuk keseriusan mereka dalam meraih medali emas.

Protes serupa disampaikan oleh Ketua Harian Pengkab Percasi Aceh Selatan Nurkholis. Ia mengaku kecewa dengan pola perekrutan atlet yang dilakukan oleh Pengprov Percasi Aceh. pihak Pengprov melakukan penetapan atlet catur Aceh melalui seleksi database.

Pihak Percasi Aceh Selatan pernah mengajukan pertanyaan mengapa tanpa seleksi, namun diabaikan dengan alasan waktu yang sangat mepet. Pihak Pengprov mengatakan atlet-atlet yang telah ditetapkan akan dievaluasi perkembangannya. Akan tetapi setelah mengikuti beberapa event, baik Aceh Open dan PORA, evaluasi tidak kunjung dilakukan.

Padahal dari ajang Aceh Open dan PORA, terdapat beberapa atlet lainnya yang menunjukkan prestasi gemilang. Seperti Erjan Akbar Nasution dari Aceh Selatan. Dia Juara II Aceh Open dan meraih medali emas pada PORA lalu. Di Aceh Open, Erjan bahkan mampu mengalahkan dua atlet pelatda. Tapi capaian itu tidak menjadi perhatian Pengprov Percasi Aceh.

Dia juga menyoal perihal pelatih yang tidak punya kapasitas. Pelatih tersebut tidak memiliki lisensi. Bagaimana kelak Aceh akan dapat bertarung dengan baik di PON XXI/2024 Aceh-Sumut, sedangkan atlet dan pelatihnya tidak memiliki kualifikasi yang mumpuni.

“Pengprov Percasi Aceh telah melukai rasa keadilan. Mencederai semangat sportifitas. Harapan kami penetapan atlet catur Aceh wajib melalui seleksi terbuka, berdasarkan prestasi, bukan keinginan segelintir orang karena faktor tertentu,” sebut Nurkholis.

Dari Aceh Tenggara, Ketua Percasi, Juanda, juga mempersoalkan penetapan atlet catur Aceh yang tidak sesuai mekanisme.

Juanda yang juga peraih medali emas pada Pora Pidie 2022, mempersoalkan cara Pengprov Percasi dalam menentukan atlet yang berlaga di PON XXI/2024 Aceh-Sumut.

Ia mempersoalkan cara Sekretaris Umum Percasi Aceh T. Ardiansyah yang memilih atlet melalui seleksi database. Cara tersebut sangat menyimpang dari aturan yang sebenarnya.

Menurut Juanda, database berfungsi untuk memantau atlet-atlet berprestasi, yang kemudian dipanggil mengikuti seleksi. Tapi oleh Pengprov Percasi Aceh justru menjadikannya sebagai ajang seleksi tanpa pernah menggelar seleksi.

Dalih awal yang disampaikan Sekum T. Ardiansyah karena batas waktu yang diberikan KONI Aceh sangat mepet. Sehingga mereka harus cepat menentukan nama-nama atlet catur Aceh. Dengan komitmen kelak akan ada evaluasi. Akan tetapi 4 atlet itu tetap dipertahankan meskipun hingga PORA 2022 selesai, mereka justru tidak bersinar.

Tindakan Pengprov Percasi Aceh mencederai semboyan catur gens una sumus yang bermakna kita satu keluarga. “apa yang dilakukan oleh Pengprov Percasi Aceh, telah mengangkangi semboyan yang menjadi patron catur dunia,” sebutnya.

Dari Kota Juang, pecatur Bireuen Saiful Bahri, menyampaikan keprihatiannya dengan pola kerja Percasi Aceh. Era kepemimpinan Ihsanuddin Marzuki, kata Saiful, sempat memberikan harapan. Karena anggaran pembinaan catur semakin menarik. Tapi dalam perjalanannya, pola pembinaan mulai menuai masalah. Penentuan pelatih yang tidak berlisensi, penentuan atlet yang tanpa seleksi, membawa catur Aceh ke lembah duka.

“Bahasa kiasan di kalangan pecatur Aceh saat ini, pelatih lulusan SMA, atlet lulusan S2. Pelatih tak berlisensi melatih atlet untuk PON. Hasilnya? Sebelum bertarung di PON mereka sudah kalah saing dengan yang tidak disertakan dalam pelatda,” sebut Saiful Bahri.

Ketua Percasi Aceh: Kami Akan Gelar Seleksi Atlet Catur Aceh

Ketua Umum Pengprov Percasi Aceh Ihsanuddin Marzuki, kepada Komparatif.ID, mengatakan dia sudah mendapatkan pemberitahuan dari bawahannya tentang rencana seleksi atlet. Akan tetapi karena itu ranahnya profesional, maka ia percaya saja kepada pengurus.

Saat timbul protes dari berbagai pengkab, Ihsanuddin agak terkejut. Pun demikian dia berkomitmen, bila memang harus menggelar seleksi, maka Pengprov Percasi Aceh akan melakukannya.

“Kalau demikian adanya, Pengprov Percasi Aceh akan melakukan seleksi atlet catur Aceh untuk mengikuti PON XXI/2024,” sebut politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Akan tetapi, pernyataan Ihasanuddin mashih diragukan oleh sejumlah pengurus daerah. Mereka meminta Ihsanuddin bukan sekadar bicara untuk lepas dari rantai polemik akibat ketidakprofesionalan pengurus Pengprov Aceh.

Ihsanuddin baru dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab bila segera mengirimkan surat pemberitahuan seleksi ke seluruh pengurus kabupaten/kota di Aceh.

“Kalau sekadar bicara, tiyung pun bisa. Selama ini Pak Ketum kemana? Mengapa tidak memantau proses, katanya punya target raih medali emas. Kami baru percaya Pak Ihsan serius, bila ia segera menindaklanjuti pernyataannya,” sebut seorang pengurus Percasi daerah.

Mereka juga mengatakan bila Ihsan benar-benar peduli, maka seleksi atlet catur Aceh merupakan kunci mendapatkan medali emas.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here