Thank you telah membuat seorang pemanjat kelapa di Aceh harus kehilangan setengah bonus yang diberikan oleh seorang bule.
Musibah gempabumi dan tsunami yang meluluhlantakkan sebagian Aceh pada 26 Desember 2004, ternyata membawa rahmat sangat besar. Aceh yang selama 30 tahun tertutup untuk dunia luar karena dibekap perang panjang, akhirnya menjadi pusat perhatian dunia.
Berbagai bangsa, berbagai agama, datang ke Aceh. Mereka membantu Aceh. Dana bantuan asing yang dibawa ke Aceh mencapai 72 triliun. Sangat fantastis!
Baca: Utang Luar Negeri Indonesia Ternyata Tidak Fantastis
Dalam masa rehabilitasi dan rekontruksi di Aceh, lahir berbagai anekdot, yang mengocok perut sekaligus merangsang saraf santai orang Aceh yang telah sekian lama tegang.
Sebuah anekdot sangat menarik diceritakan oleh seorang teman yang pernah menjadi kombatan GAM. Menurut si empunya cerita, kisah tersebut benar adanya.
Pada suatu hari, seorang bule pengawas proyek pembangunan di sebuah kampung, merasa sangat haus. Ketika sedang sangat dahaga, dia melihat seorang lelaki melintas. Kebetulan lelaki tersebut bekerja sebagai pemanjat kelapa.
Si bule memanggil sembari menunjuk ke pucuk kelapa. “Coconut, coconut,” sebut si bule.
“Ooo, kokonat?” tanya si pemanjat kelapa.
“Yes.”
“Oke, preh siat. Saya naik dulu,”
Meski pemanjat kelapa yang tidak tamat SD, si manusia organik tahu bahwa yang dimaksud coconut adalah kelapa. Dia pun memanjat. Memetik beberapa butir kelapa muda. Dia sangat telaten memilih yang paling bagus, supaya citranya sebagai pemanjat kelapa profesional tidak tercoreng.
Setelah kelapa diturunkan, si bule menyerahkan uang 100 dolar AS. Si bule mengucapkan, “thank you, thank you,” sembari tersenyum ramah.
Manusia organik tersebut menerima uang itu dengan hati senang. Dia tahu $100 besar nilainya. Namun ia tidak memahami kata yang disampaikan oleh si bule itu.
Karena bingung, ia pun bertanya kepada keuchik (kepala desa-red) yang juga berada di tempat itu. Dengan mimik wajah meyakinkan keuchik tersebut mengatakan bahwa arti thank you yaitu bagi dua.
“Maksud si bule itu, uang 100 dollar tersebut dibagi dua. Kamu 50 saya 50,” jawab keuchik.
“Oooo, okelah. Pak Keuchik carikan pecahannya. Saya tak tahu harus tukar di mana,” jawab si pemanjat kelapa sembari menyerahkan lembaran dollar kepada keuchik.