Komparatif.ID, Bireuen—Iskandar Ismail alias Apa Ih, mantan kombatan GAM lulusan Camp Tanzura, Tripoli, Libya, menutup mata pada Kamis sore di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah, Bireuen. Jajaran eksponen Gerakan Aceh Merdeka kembali kehilangan salah seorang kader terbaik di lingkungan Komite Peralihan Aceh (KPA).
Iskandar bin Ismail (Apa Ih) merupakan warga Gampong Krueng Juli Timu, Kecamatan Kuala, Kabupaten Bireuen. Ia merupakan salah satu Kopassus-nya GAM yang menimba ilmu kemiliteran di negara yang dipimpin oleh Moammar Khadafi, seorang Presiden di Afrika yang sangat dibenci oleh imperalis Barat.
Apa Ih muda memilih bergabung dengan gerakan perjuangan kemerdekaan yang dipimpin oleh Teungku Hasan Muhammad di Tiro, setelah melihat ketidakadilan Orde Baru terhadap Aceh.
Baca: Kisah Suami Istri yang Disiksa di Rumoh Geudong
Setelah perdamaian dirajut di Helsinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005, Apa Ih turun gunung. Ia kembali ke dunia sipil. Meski tetap memperhatikan Aceh, Apa Ih lebih memilih sebagai “pengamat internal”. Meski kemudian GAM terpecah dalam berbagai faksi politik, Apa Ih tetap setia sebagai kader GAM dan tetap menjaga silaturahmi dengan teman-teman yang telah terpecah dalam faksi lain.
Semasa sisa hidupnya setelah perdamaian, ia selalu mengimbau teman-temannya supaya kembali bersatu padu, demi mencapai tujuan utama Aceh yaitu mensejahterakan rakyat.
Munawar Liza Zainal, yang merupakan salah seorang intelektual GAM yang ikut pada perundingan damai di Helsinki yang melahirkan Memorandum of Understanding (MoU) Helsinki, menaruh hormat kepada allahyarham.
Dalam catatan Munawar Liza Zainal, Apa Ih merupakan sosok santun, jarang terlibat dalam politik setelah konflik berakhir. Ia memilih menjadi orang biasa di Bireuen. Sesekali ke Malaysia.
Di masa Wali Negara Teungku Hasan Muhammad di Tiro masih hidup. Ia merupakan salah seorang pengawal setia. Ia baru berhenti mengawal sang ideolog setelah Teungku Hasan Tiro mangkat.
“Almarhum seringkali mengaku sedih melihat perselisihan antar mantan kombatan dalam politik. Kemana saja dia pergi, selalu saja menitip pesan dan nasihat supaya semuanya menjaga kekompakan.GAM harus bersatu, kompak, jangan berselisih,” kata Munawar Liza Zainal.
Kini, lelaki itu telah tiada. Kembali ke haribaan Ilahi sebagai seorang hamba. Ia pamit dari kehidupan dunia pada pukul 18.00 WIB, di rumah sakit pemerintah di Kota Bireuen.