Komparatif.ID, Banda Aceh– Abu Paya Pasi mundur dari Penasihat DPP Partai Aceh. Langkah tersebut diikuti oleh Ketua Alumni Dayah Bustanul Huda, Teungku Zainuddin atau yang lebih dikenal dengan panggilan Abah Zain Sarah Tube.
Teungku Zainuddin yang dihubungi Komparatif.ID, Minggu (18/8/2024) menjelaskan beberapa hari lalu Abu Paya Pasi menyatakan mundur dari Penasihat DPP Partai Aceh, mundur dari Tuha Peut Lembaga Wali Nanggroe, dan mundur juga dari Majelis Ulama Nanggroe Aceh (MUNA).
Abah Zain menjelaskan, mundurnya Abu Paya Pasi dari sejumlah posisi yang punya hubungan dengan Partai Aceh, supaya pimpinan Partai Aceh lebih leluasa dalam mengambil sikap politik.
Baca: Ketua DPRA Pertanyakan Keabsahan Dek Fad Sebagai Wakil Mualem
Abu juga menilai keberadaan dirinya sudah tidak lagi diperlukan, apalagi setelah rekomendasi yang tulus lahir dari hati sanubari tentang calon wakil gubernur tidak dapat ditampung oleh DPP Partai Aceh.
Abah Zain mengatakan, Abu Paya Pasi merupakan ulama yang sangat mencintai Partai Aceh. Bahkan, sang cendekiawan Islam tersebut telah membersamai eks kombatan GAM, sebelum Partai Aceh didirikan.
Sebagai Ketua Alumni Dayah Paya Pasi, Abah Zain merasa perlu selaras dengan sikap yang ditempuh oleh gurunya. Bahwa sejak Abu menyatakan mundur dari Partai Aceh,Tuha Peut Wali Nanggroe, dan MUNA, maka para alumni juga demikian. Bila tidak selaras, maka dianggap bukan lagi bagian dari alumni.
“Beberapa hari lalu Abu memanggil saya. Menyampaikan perihal bahwa beliau mundur dari Penasihat DPP Partai Aceh, Tuha Peut Wali Nanggroe, dan MUNA. Abu mengatakan kepada saya, biarlah Abu keluar, supaya pimpinan Partai Aceh lebih mudah dalam membuat keputusan. Tidak terganjal dengan keberadaan Abu di sana,” kata Abah Zain.
Setelah mendengar pernyataan Abu, Teungku Zain mengambil sikap bahwa dirinya juga ikut serta dengan keputusan sang guru. Ia segera mengirimkan pesan kepada seluruh alumni bahwa sejak Abu mundur, diharapkan semua alumni juga mundur dari kepengurusan Partai Aceh, Wali Nanggroe, dan MUNA.
Bilapun kemudian ada alumni yang memilih jalan berbeda, tentu tidak menjadi persoalan. Itu pilihan masing-masing. Tapi sebagai konsekuensi, diminta keluar dari kesatuan alumni Dayah Darul Huda.
Sebelumnya, Abu Paya Pasi menjumpai Ketua DPP Partai Aceh, menyerahkan dukungan para ulama Aceh yang merekomendasikan Tu Sop sebagai calon wakil gubernur Aceh yang akan mendampingi Muzakkir Manaf.
Informasi yang diterima Komparatif.ID, sebelum menyerahkan dukungan tersebut, Abu sudah bertanya kepada Mualem, apakah dirinya sudah memiliki wakil? Tapi saat itu Mualem menyebutkan belum ada.
Akan tetapi begitu dokumen dukungan seribuan ulama dan teungku di Aceh disampaikan kepada Mualem, ternyata di internal Partai Aceh telah diputuskan bila pendamping Mualem adalah Dek Fad yang merupakan Ketua DPW Partai Gerindra.
Abu merasa dikibus. Hubungan baiknya selama lebih dua dekade dengan Partai Aceh dan Mualem secara khusus, seperti dianggap angin lalu saja. Hana yum meusipadé.
Menurut sejumlah sumber, Abu Paya Pasi merupakan ulama Aceh yang telah menerima Mualem dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya. Ikut memberikan panggung besar di dayahnya untuk sang mantan Panglima TNA.
Namun, ketika ulama melihat adanya peluang mengirimkan kader terbaik masuk ke gelanggang politik, membersamai Mualem untuk tujuan membangun Aceh, Abu langsung rhet su dengan cara kurang elok.
“Abu tidak sedih Tu Sop tidak jadi wakil Mualem. Yang abu tak berkenan, mengapa Mualem tidak terbuka. Mengapa harus meusom-som mie dengan Abu. Kalaulah dari awal terbuka, takkan mungkin terjadi penyerahan dukungan seribuan ulama yang mendukung Tu Sop berpasangan dengan Mualem,” sebut sumber tersebut.