Komparatif.Id, Ramallah—Jumlah anak Palestina yang meninggal dalam serangan udara Israel sejak 7 Oktober 2023 berjumlah 3.457 orang. Jumlah tersebut mencapai 40 persen dari 7 ribu warga Palestina yang meninggal dunia akibat serangan Israel.
Kementerian Kesehatan Palestina, Senin (30/10/2023) menyebutkan dalam tiga minggu serangan militer Israel, anak-anak Palestina yang meninggal dunia mencapai 40 persen dari total korban nyawa.
Bukan hanya itu, anak Palestina yang dinyatakan hilang mencapai 1.050 orang. Mereka dinyataan hilang di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat ditembak rudal.
Data yang disampaikan Save the Children, jumlah anak Palestina yang meningal dunia akibat serangan militer Israel dalam tiga minggu terakhir, melebihi anak-anak yang terbun*h di zona konflik lainnya sejak 2019.
Baca: Gaza di Bawah Serangan Mortir dan Artileri
Data terakhir yang diperoleh Komparatif.Id, Rabu (1/11/2023) 8.306 warga Palestina telah meninggal dunia di Gaza sejak pemboman militer Israel dimulai pada 7 Oktober. Total korban nyawa di Gaza melebihi pembantaian Srebrenica di Bosnia dan Herzegovina pada tahun 1995, ketika militer Serbia Bosnia menghabisi sekitar 8.000 pria dan remaja Muslim.
Meskipun beberapa konektivitas telah dipulihkan di Gaza selatan, banyak warga Palestina di Gaza mengalami pemadaman total internet dan telekomunikasi sejak pasukan Israel mengintensifkan serangan udara dan memulai invasi darat ke Gaza utara pada 27 Oktober.
Save the Children mengatakan, anak-anak berada pada risiko tinggi kehilangan nyawa, cedera fisik, tekanan emosional yang parah, dan pengungsian yang berkepanjangan setelah “operasi darat yang diperluas” yang diumumkan oleh pasukan Israel di Gaza. Anak-anak akan menanggung beban terberat dari “intensifikasi serangan” di Gaza, dengan kemungkinan lebih banyak kematian, cedera, dan kesusahan, kata badan bantuan tersebut, dan menyerukan gencatan senjata segera.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui resolusi tidak mengikat pada tanggal 27 Oktober yang menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan” di Gaza yang mengarah pada penghentian permusuhan, yang merupakan respons pertama PBB terhadap permusuhan aktif.
36 anak-anak Palestina telah meninggal dunia di Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober. Demikian dokumentasi yang dikumpulkan oleh DCIP, ketika militer Israel memulai pemboman besar-besaran di Jalur Gaza yang dijuluki Operasi Pedang Besi.
Sepanjang tahun ini, pasukan dan pemukim Israel telah menghabisi sedikitnya 76 anak-anak Palestina di Tepi Barat yang diduduki. Pasukan dan pemukim Israel menembak dan menghabisi 67 anak-anak Palestina dengan peluru tajam, lima anak-anak Palestina tewas dalam serangan pesawat tak berawak, dan empat anak-anak Palestina terbunuh oleh rudal yang ditembakkan dari helikopter serang Apache yang bersumber dari AS.
Setidaknya 115 warga Palestina telah dipaksa kembali ke alam barzah oleh pasukan Israel dan pemukim di Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober.
Mayor Jenderal Giora Eiland kepada media mengatakan Israel tidak punya pilihan selain mengubah Gaza menjadi tempat yang tidak mungkin ditempati. Mereka terpaksa mengubah Gaza menjadi tempat yang tidak layak ditempati.
“Menciptakan krisis kemanusiaan yang parah di Gaza adalah cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Gaza akan menjadi tempat di mana tidak ada manusia yang bisa hidup.”
Kepala Koordinasi Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT) Mayor Jenderal Ghaasan Alian mengatakan “Manusia hewan harus diperlakukan seperti itu. Tidak akan ada listrik dan air [di Gaza], yang ada hanya kehancuran. Anda menginginkan neraka, Anda akan mendapatkan neraka,” kata Mayor Jenderal Ghassan Alian,
Otoritas Israel telah memberlakukan kebijakan penutupan terhadap Jalur Gaza sejak tahun 2007 dengan mengontrol dan membatasi secara ketat masuk dan keluarnya individu; mempertahankan pembatasan ketat terhadap impor termasuk makanan, bahan bangunan, bahan bakar, dan barang-barang penting lainnya; serta melarang ekspor. Israel terus mempertahankan kendali penuh atas perbatasan, wilayah udara, dan perairan Jalur Gaza.
Sumber: dci-palestine.org