3 Level Orang Pelit

pelit
Ilustrasi pelit. Foto: mgt.unida.

Menurut KBBI pelit adalah adalah kikir, yakni orang yang enggan memberi sedekah. Di dalam Islam sifat kikir sangat dibenci. Terdapat ayat di dalam Alquran yang menyinggung soal sifat kikir yang membahayakan manusia.

Kikir sangat dibenci oleh Allah. Karena Allah memiliki sifat kasih sayang. Sedangkan orang-orang kikir memiliki rasa kasih sayang yang sedikit di dalam jiwanya. Bahkan mereka tidak peduli dengan nasib orang lain. Bagi mereka kalau bisa menolak, mengapa harus memberi.

Baca: 15 Tips Pernikahan Langgeng Sampai Mati

Ternyata orang pelit bisa membahayakan diri manusia:
  1. Menyebabkan dia terlibat dalam dosa besar. Hal tersebut disebutkan di dalam surat Ali Imran, ayat 180. “ Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka. Padahal, (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
  2. Mengikuti jejak setan. Orang-orang kikir ternyata merupakan pengikut setan. Meskipun ia hidup religius, tatkala pelit, maka ia telah menempuh jejak setan. “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu.” (Surat Albaqarah, ayat 268).
  3. Menjadi penghalang masuk surga. Salah satu yang menjadi penghalang masuk surga yaitu kikir. Demikian disampaikan Rasulullah di dalam hadistnya. “Tidak akan masuk surga orang yang menipu, bakhil (kikir) dan orang yang buruk.” (HR. Tirmidzi).
  4. Rezeki menjadi sempit. Dari Asma’ra, ia berkata : Nabi SAW berpesan kepadaku,Janganlah kamu bakhil, yang menyebabkan kamu disempitkan rezqimu (HR. Bukhari).
  5. Sumber malapetaka atau bencana (QS. Al-Lail : 8-11).

Dalam konteks kehidupan, orang pelit dibagi dalam tiga tingkatan. Meskipun ketiga-tiganya buruk, tapia da yang terburuk.

  1. Pelit dalam tingkat pertama ini bermakna kikir untuk orang lain. Dia menikmati apa yang dimiliki, tapi menolak membantu orang lain dengan kemampuan yang ia miliki.
  2. Pelit level kedua, yaitu apa yang ia miliki tidak dinikmati untuk dirinya sendiri, kemudian juga tidak pula diberikan kepada orang lain. Dalam rumah tangga kita sering melihat seorang ayah yang berpunya, tapi memilih hidup layaknya orang ekonomi sulit. Bahkan istri dan anak-anaknya juga dipaksa ikut seperti gaya hidupnya. Dia senantiasa mengaku miskin—dan hidup dalam keterbatasan– dan menolak membantu orang lain.
  3. Pelit level ketiga, yaitu orang yang dititipkan amanah mengelola harta umat, tapi justru dia yang menolak memberikannya kepada umat. Dengan dalih bermacam ragam dia mencoba mempersulit siapa saja untuk dapat mengakses harta umat. Jabatan yang diembankan ke pundaknya supaya mengelola harta umat sebaik mungkin, justru dipergunakan untuk mempersulit banyak orang. Dia tidak peduli betapa orang membutuhkannya. Baginya menahan hak orang merupakan kebahagiaan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here