288 Jemaah Haji Lansia Akan Jalani Safari Wukuf

288 Jemaah Haji Lansia Akan Jalani Safari Wukuf Jemaah haji menuju maktab saat wukuf di Arafah pada musim haji 2023. Foto: PPIH.
Jemaah haji menuju maktab saat wukuf di Arafah pada musim haji 2023. Foto: PPIH.

Komparatif.ID, Mekkah— Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyiapkan rencana untuk safari wukuf untuk 288 jemaah haji lanjut usia (lansia) non-mandiri atau tanpa pendamping

Informasi ini disampaikan oleh Koordinator Safari Wukuf Lansia non Mandiri, dr Meldy tim Media Center Haji (MCH) 2024 melalui unit kerja Kanwil Kemenag Aceh pada Rabu (12/6/2024) di Mekah.

dr. Meldy mengatakan berdasarkan data yang diperoleh dari kepala seksi, jumlah jemaah haji yang akan safari wukuf mencapai 288 orang yang terdiri dari 11 sektor.

Ia menerangkan program ini tidak hanya diperuntukkan bagi jemaah yang sakit dan dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), tetapi juga untuk lansia non-mandiri yang memerlukan pendampingan saat hari wukuf di Arafah.

Sehari sebelum safari wukuf, petugas akan menjemput jemaah yang ikut safari wukuf dari kloter-kloter untuk ditampung di KKHI. Lalu pada 9 Dzulhijjah usai subuh, jemaah sakit ditempatkan di bus yang akan membawa mereka ke Arafah.

Sekitar pukul 10.00 waktu Arab Saudi, jemaah diberangkatkan ke Arafah dengan didampingi petugas. Mereka melaksanakan salat Zuhur dijamak dengan Ashar dan diberikan khutbah wukuf di bus masing-masing. Setelah prosesi wukuf selesai, jemaah dibawa kembali ke KKHI.

Jemaah safari wukuf yang sakit tidak akan bermalam di Muzdalifah. Lontar jumrah dan tahapan haji selanjutnya akan dibadalkan oleh petugas.

Baca juga: Embarkasi Aceh Berangkatkan Kloter Jemaah Haji Terakhir

“Jemaah safari wukuf sakit tidak bermalam (mabit) di Muzdalifah, lontar jumrah dan tahapan haji selanjutnya dibadalkan oleh petugas,” lanjur dr. Meldy.

Kemenag menetapkan beberapa persyaratan untuk jemaah haji lansia dan disabilitas yang akan mengikuti safari wukuf lansia non-mandiri.

Persyaratan tersebut mencakup jemaah yang tidak mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari, tidak bisa berjalan atau pengguna kursi roda karena sakit yang memerlukan perawatan lebih lanjut, memiliki penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, stroke (sedang-berat), pulang setelah mendapat perawatan dari KKHI dengan kelemahan, dan sesuai dengan kriteria risiko tinggi yang ditentukan petugas kloter.

Sementara itu, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenag RI Liliek Marhaendro Susilo, menjelaskan sebelum proses safari wukuf, dilakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh terhadap jemaah berisiko tinggi. Hal ini bertujuan untuk menentukan siapa saja yang perlu disafariwukufkan dan siapa yang masih bisa mengikuti rombongan kloternya.

“Kita lakukan medical check up untuk jemaah-jemaah risiko tinggi kesehatan, tujuannya untuk menyeleksi jemaah yang perlu disafariwukufkan, mana yang bisa diikutkan rombongan kloternya,” terang Liliek Marhaendro Susilo.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here