122 Jam Lagi Maroko Akan Juara Piala Dunia 2022

Pelatih Maroko Walid Regragui dilambungkan ke udara oleh anak asuhnya setelah berhasil mengalahkan Portugal di Stadion Al Thumama, Doha, Qatar, Sabtu, 10 Desember 2022. Maroko menang 1-0 dan lolos ke semifinal. Mereka dinilai pantas menjadi juara Piala Dunia 2022.(AP Photo/Martin Meissner)
Pelatih Maroko Walid Regragui dilambungkan ke udara oleh anak asuhnya setelah berhasil mengalahkan Portugal di Stadion Al Thumama, Doha, Qatar, Sabtu, 10 Desember 2022. Maroko menang 1-0 dan lolos ke semifinal. (AP Photo/Martin Meissner)

Siapa juara Piala Dunia 2022? Banyak yang sepakat bila itu miliknya Perancis ataupun Argentina. Ada pula yang menyebutkan  Kroasia sudah pantas; melihat statistik mereka beberapa waktu ke belakang. Bagaimana dengan Maroko? Apakah Maroko dapat merengkuh tropi Piala Dunia 2022? Banyak pengamat meragukan.

Terhitung mulai pukul 18.00 WIB, jarak antara Maroko dengan final Piala Dunia 2022 hanya 122 jam. Titimangsa yang sangat pendek menuju Lusail Iconic Stadium, Doha, Qatar, dengan kapasitas 80 ribu penonton.

Pantaskah Maroko berada di partai puncak? Alkaf; seorang pengamat sepakbola yang juga seorang esais menyebutkan bahwa Maroko belum cukup syarat mencapai final Piala Dunia.

Baca juga: Maroko, Olahraga, dan Harga Diri

Dalam esainya: Qatar (18)—serial tulisan pernah-pernik Piala Dunia yang dikaitkan dengan setiap perkembangan baru di Qatar- Alkaf menyebutkan bila Maroko dan Perancis yang bersua di semifinal, bukanlah tim yang seimbang.

Tentu saja, tanpa bermaksud mengabaikan capaian Maroko sejauh ini, di atas kertas, Perancis merupakan tim dengan level yang berbeda dengan tim-tim yang sudah Maroko singkirkan…….

Pada paragraph lain, Alkaf juga menulis: …..Maroko ke final dengan menyingkirkan Perancis, bayangkanlah kalau hal itu  terjadi pada Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang. Apa jadinya wajah Piala Dunia apabila yang berada di partai puncak Turki vs Korea Selatan. Terasa ganjil sekali.

…….Maroko harus berhenti di babak empat besar, demi menjaga maruah Piala Dunia. Maroko, juga tim-tim dari level yang sama di Afrika dan Asia, harus melakukan proses seperti yang ditempuh Kroasia.

Menurut Alkaf, selain Perancis dan Argentina, hanya Kroasia yang pantas berada di final. Maroko belum, demi alasan harga diri Piala Dunia.

Pada Kamis (10/11/2022) legenda sepakbola Brazil; Pele dengan penuh percaya diri menyebutkan bila yang akan menjadi juara Piala Dunia 2022 adalah tim Samba Brazil.

Pele berpaku pada capaian selama babak kualifikasi, Brazil bertengger sebagai pemuncak grub 10 Amerika Selatan; tanpa pernah terkalahkan. Unggul enam poin dari Argentina.

Akan tetapi, di perempat final, Kroasia memulangkan bintang-bintang Brazil melalui drama adu pinalti. Tim Samba tamat. Keyakinan Pele tak terbukti.

Demikian juga hasil prediksi supercomputer yang menganalisis peluang berdasarkan hasil pertandingan, menempatkan Perancis sebagai tim paling berpeluang sebagai juara Piala Dunia 2022. Persentase peluang mencapai 17,93 persen. Disusul Brazil 15,73 persen jadi juara Piala Dunia 2022 di Qatar.Di tempat ketiga timnas yang berpeluang menjadi juara yaitu Spanyol dengan 11,53 persen.

Kini, di semifinal, hanya tersisa Perancis yang juga pemuncak prediksi supercomputer. Argentina hanya mendapatkan persentase 6,45 %, dan Kroasia 2,31%. Jauh di bawah Inggris, Belgia, Belanda, Jerman, Argentina, dan Portugal.

Oleh Superkomputer, Maroko ditempatkan pada posisi peringkat 4 timnas paling tak berpeluang menjadi juara Piala Dunia 2022. Di urutan pertama ada Costa Rika, Kamerun dengan nilai 0 persen. Tunisia dan Maroko 0,01 %.

Bukan Keajaiban

Pelatih Maroko Walid Regragui, Senin (12/12/2022) menyebutkan media-media Barat under estimate terhadap Singa Atlas. Media-media di sana menyebutkan pencapaian timnas Afrika Utara tersebut sebagai keajaiban.

Media Barat menyebutkan keberhasilan mengalahkan Portugal di perempat final dengan skor 1-0 merupakan sesuatu yang amazing. Padahal, manusia seluruh dunia dapat melihat bahwa pasukan A Selecao nyaris dibuat frustasi oleh kokohnya lini pertahanan Maroko, dan gemilangnya penampilan Yassine Bounou.

Dalam pandangan Walid, apa yang dicapai oleh Timnas Maroko pada Piala Dunia 2022 merupakan hasil kerja keras. Mereka datang ke Qatar dengan dada tegap, tak gentar melawan siapa pun. Hasilnya, Maroko menyapu bersih semua pertandingan; dalam arti hanya sekali seri kala melawan Kroasia. Baru satu gol kebobolan; itupun gol bunuh diri.

Bagaimana dengan Kroasia, Perancis, dan Argentina? Selain Kroasia, dua timnas tersebut pernah kalah sepanjang perhelatan Piala Dunia 2022. Perancis digebuk oleh Tunisia 0-1, dan Argentina dikalahkan oleh Arab Saudi 1-2.

Skuad yang dibawa oleh Walid ke Qatar juga bukan tim sembarangan. Anak-anak Singa Atlas rerata bermain di liga-liga Eropa seperti La Liga, Premier League, League 1, Serie A, Bundes Liga, dll.

Di babak kualifikasi menuju Piala Dunia 2022, mereka juga sangat perkasa. Menjungkalkan lawan-lawannya dengan sangat meyakinkan.

Maroko Pantas Juara Piala Dunia 2022

Seorang jurnalis Afrika; Maher Mezahi dalam sebuah ulasannya di BBC menyebutkan gemerlapnya tim-tim Eropa dan Amerika Selatan di Piala Dunia, tidak terlepas dari perlakuan diskriminatif FIFA terhadap Afrika. Tak mudah bagi Afrika unjuk diri di Piala Dunia, karena selalu dipersulit oleh otoritas tersebut.

Selama tujuh Piala Dunia yang berlangsung dari tahun 1930 hingga 1962, Mesir pada tahun 1934 adalah satu-satunya wakil Afrika. Sebagian mantan bos FIFA menolak memberi Afrika tempat otomatis di turnamen, bahkan untuk negara-negara yang telah memperoleh kemerdekaan. Negara-negara Eropa Barat pernah dengan sangat brutal menjajah Afrika. Mereka memandang sinis Benua Hitam.

Pada tahun 1966, benua Afrika memboikot Piala Dunia di Inggris untuk mengirimkan pesan kepada FIFA bahwa mereka menuntut jaminan tempat di turnamen tersebut, yang kemudian diamankan pada tahun 1970.

Selama tiga dekade berikutnya, tim-tim Afrika berhasil membuat kejutan yang brilian, termasuk Aljazair mengalahkan Jerman Barat, Maroko mengalahkan Portugal, dan Kamerun mengalahkan Argentina.

Meskipun demikian, FIFA terus bersusah payah, memberi negara-negara Afrika hanya dua tempat pada tahun 1982, tiga pada tahun 1994, dan kemudian lima pada tahun 1998.

Jadi salah satu alasan Afrika belum memenangkan Piala Dunia adalah karena hampir tidak pernah berpartisipasi.

Beberapa orang mungkin menunjukkan hasil yang buruk dalam 12 tahun terakhir, tetapi siapa yang dapat mengatakan bahwa peningkatan partisipasi tidak akan meningkatkan persaingan dan perbaikan?

Hampir satu abad setelah Piala Dunia perdana diselenggarakan di Uruguay, Afrika akhirnya akan diberikan jumlah tempat yang lebih adil, ketika akan memiliki 9,5 tempat pada tahun 2026.

Piala Dunia 2022 juga menunjukkan kepada bahwa kurangnya perwakilan, tidak hanya dalam bentuk slot kualifikasi, tetapi juga dalam bentuk hak menjadi tuan rumah, bisa sangat berpengaruh.

Korea Selatan mencapai semifinal pada tahun 2002 ketika mereka menjadi tuan rumah bersama turnamen tersebut.

Demikian juga Ghana, yang melaju hingga babak perempatfinal ketika Piala Dunia 2010 dihelat di Afrika Selatan. Mereka seharusnya melaju ke semifinal, tapi dapat dikalahkan oleh Uruguay melalui adu pinalti. Pertandingan itu sendiri berlangsung kontroversial.

Maher—melihat pencapaian Maroko—berkeyakinan bahwa keberadaan Singa Atlas di final Piala Dunia merupakan sesuatu yang pantas.

“Sudah saatnya kita semua percaya kepada mereka (Maroko-red). Pertahanan yang sangat kokoh, Yassine Bounou yang gemilang. Sudah saatnya kita juga mempercayai mereka,” sebut Maher.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here