1001 Jalan untuk Anies di Serambi Mekkah

Anies Baswedan "diadang" di Aceh oleh sesuatu yang belum teraba. Foto: disitat dari Republika.
Anies Baswedan "diadang" di Aceh oleh sesuatu yang belum teraba. Foto: disitat dari Republika.

Anies Rasyid Baswedan, Gubernur ke-17 DKI Jakarta, sekaligus bekas Menteri Pendidikan ke-27 RI, yang diusung oleh Partai NasDem sebagai bakal calon Presiden ke-8 Republik Indonesia, mendapatkan adangan di Aceh. Acara yang akan dia hadiri pada Sabtu (3/12/2022)  direncanakan digelar di Taman Sultanah Ratu Safiatuddin, batal karena otoritas pengelola tempat mencabut surat izin. Selanjutnya, izin keramaian juga ditarik kembali oleh Polresta Banda Aceh.

Banyak yang menduga bila pembatalan izin acara jalan santai dan silaturahmi bersama Anies Baswedan “dilarang” karena sosok politisi yang ikut mendeklarasikan ormas Nasional Demokrat karena politik Pilpres 2024.

Baca juga: Anies Baswedan & Istimewanya Keturunan Arab di Mata Soekarno

Anies Baswedan sejauh ini merupakan politisi muslim yang memiliki popularitas lintas ormas. Baik pengikut Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, maupun organisasi lainnya di internal umat Islam, menerima Anies sebagai tokoh mereka.

Di Aceh sendiri, setelah mayoritas pendukung Padi Ganti Presiden 2019 kecewa kepada Prabowo dan Sandiaga Uno yang masuk ke dalam Kabinet Kerja yang dipimpin Presiden Joko Widodo, ramai-ramai mereka mendukung Anies.

Kekecewaan tersebut sangat wajar, karena dukungan mayoritas masyarakat Aceh terhadap Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Berbagai panggung dipergunakan untuk memberikan dukungan kepada Prabowo-Sandi yang digadang-gadang sebagai pasangan yang paling pro kepada umat Islam.

Anies merupakan sosok baru yang dijadikan sandaran harapan oleh rakyat Aceh;atas mimpi mereka mendapatkan presiden yang ideal.

Secara nasional, nama Anies Baswedan semakin melejit. Menurut survei yang dirilis Charta Politika, Selasa (29/11/2022), tingkat elektoral Anies berada di urutan kedua, menggeser Prabowo menjadi peringkat ketiga.

Elektabilitas Anies sebesar 23,1 persen. Sementara, elektabilitas Prabowo tak terpaut jauh, yakni 22,0 persen. Dibanding survei September 2022, elektabilitas Anies naik sekitar 3 persen, dari 20,6 persen menjadi 23,1 persen.

Dugaan “pencekalan” terhadap Anies Baswedan dibahas di warung-warung kopi di Aceh. banyak orang menyayangkan peristiwa itu, tapi tidak sedikit juga yang mengkritik Partai NasDem Aceh, yang menurut peminat politik di warung kopi, agak elitis. Salah satu kelemahan NasDem Aceh saat ini pada tataran komunikasi. Kemungkinan besar dicabutnya kembali izin keramaian dan kegiatan di Taman Sulthanah Safiatuddin, karena NasDem Aceh gagal membangun komunikasi politik dengan baik. Tapi dugaan-dugaan tersebut dibicarakan samar-samar, karena tak ada yang tahu secara pasti apa yang terjadi. Pihak NasDem-pun sepertinya gagal menggerakkan simpati publik secara luas agar “melawan” ketidakbiasaan dalam demokrasi di Aceh.

Apa pun itu, batalnya acara jalan santai yang ditrencanakan finish di Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh, telah menjadi perhatian publik. Secara marketing sangat bagus. Artinya –merujuk pendapat di media sosial dan warung kopi—publik menyayangkan hal itu harus terjadi. Ujung-ujungnya Istana menjadi pihak tertuduh.

Di sisi lain, sebagai penyelenggara kenduri besar, NasDem Aceh tak mau kegiatan tersebut gagal dilaksanakan. Ibarat nakhoda yang membina kapal di tengah gelombang laut musim barat, Ketua Partai NasDem Aceh Teuku Taufiqul Hadi dan para kakak di jajarannya, mengubah rute. kalau istilah nelayan di Sendangbiru, Malang, curi-curi ombak yang penting tetap bisa melaut.

Ini menarik, dan sesuai dengan hadih maja: Meunyo ka pakat lampoh jrat tapeugala. Atau mengutip kata-kata Anies saat deklarasi dirinya oleh DPP Partai NasDem: Jadda wa jaddi, meunan tapinta, meunan jadi.

Batal mendapatkan izin di Taman Safiatuddin, jalan santai dan silaturahmi bersama Anies Baswedan dipindahkan ke Kantor DPW NasDem Aceh-Lapangan Gampong Pango, Banda Aceh.

Pada akhirnya, bila dilihat sepintas peristiwa ini  seakan-akan merugikan NasDem di Aceh. Tapi bila melihat kebiasaan orang Aceh, justru menghadirkan keuntungan berlibat ganda. NasDem yang sempat dibenci pada Pileg 2019 karena dukungan Surya Paloh terhadap Jokowi, berpotensi untung besar pada pemilu 2024. Bisa saja mereka akan mendulang banyak kursi karena mendukung penuh mantan Rektor Universitas Paramadina selama depalan tahun. Di sisi lain, ada partai yang akan merugi. Abadi sebagai public enemy akibat langkah politik DPP mereka yang tidak cocok menurut mayoritas orang Aceh.

Akhirnya, banyak jalan menuju Roma. Selalu terbuka 1001 jalan menghadirkan sang intelektual ke Serambi Mekkah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here