Komparatif.ID, Moskow—1000 perusahaan Barat yang bekerja di Rusia, keluar dari negara tersebut sejak Vladimir Putin menginvasi Ukraina. Mereka merugi secara kolektif $59 miliar. Menurut laporan Wall Street Journal di antara yang paling terpukul adalah perusahaan minyak seperti BP dan ExxonMobil yang sejauh ini telah mencatat kerugian masing-masing sebesar $25,5 miliar dan $3,4 miliar.
Penyewa pesawat juga terkena dampak karena Rusia menolak untuk mengembalikan jet penumpang yang disewakan ke maskapai negara itu oleh orang-orang seperti AerCap Holdings dari Irlandia—yang telah menghapus sekitar $2,7 miliar.
Baru-baru ini, dilaporkan Bank Sentral Rusia pada hari Jumat (10/6/2022) merevisi suku bunga turun menjadi 9,5%. Ini sebuah tanda bahwa inflasi di Rusia mungkin telah mencapai puncaknya setelah mencapai level tertinggi dua dekade setelah negara itu terpukul dengan sekumpulan sanksi Barat.
Bank sentral memangkas suku bunga sebesar 150 basis poin pada hari Jumat, turun dari 11%—dalam putaran pemotongan terbaru sejak suku bunga utama dinaikkan menjadi 20% pada 28 Februari.
Dalam sebuah pernyataan pers, Bank Sentral Rusia mengakui lingkungan eksternal untuk ekonomi negara itu tetap menantang dan secara signifikan membatasi kegiatan ekonomi.
Meskipun demikian, regulator mengatakan inflasi melambat lebih cepat dan penurunan ekonomi negara lebih rendah dari yang diantisipasi sebelumnya pada bulan April.
Bank sentral mencatat inflasi tahunan pada 3 Juni mencapai 17%—turun dari tertinggi dua dekade 17,8% pada bulan April.
Inflasi diperkirakan akan berkisar antara 14 dan 17% pada akhir 2022 dan kemudian turun menjadi 5-7% pada 2023 sebelum kembali ke 4% setahun kemudian, tambah regulator.
Sumber: Forbes